Puisi Esai Denny JA: Aku dan Banjir Jakarta
- Rabu, 29 Januari 2025 11:01 WIB
Dari Pramuka ke Kelapa Gading,
banjir menjelma labirin.
Mobil-mobil terendam seperti bangkai kapal.
Kami mencari jalan, belok ke mana saja,
kehilangan arah.
Di kaca jendela,
Jakarta adalah lukisan yang basah,
tanpa bingkai, tanpa batas, tanpa ampun.
-000-
Di dalam mobil, aku terdiam.
Banjir dan aku, sahabat lama yang berulang.
Tapi malam ini, aku merenung.
Lebih dalam.
Kukenang tahun 2007.
Banjir datang.
Melebihi yang kuharap.
Aku tiga hari tak bisa keluar rumah.
Pemerintah mematikan listrik di area rumahku.
Dua anakku masih kecil saat itu,
usia tujuh dan lima tahun.
Kami terjebak, dunia kami hanyalah ruang gelap,
tanpa jalan keluar.
Adikku datang membawa perahu karet.
“Kita ke Pramuka,” katanya.
Tapi bagaimana membuat anak-anak tak takut?
Di telinga mereka, kukisahkan petualangan,
“Ini waterboom raksasa.
Ini taman air yang luas.”