DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Aku dan Banjir Jakarta

image
Ilustrasi (Istimewa)

Dan mata mereka berbinar,
menyambut banjir seperti pesta.
Mengira mereka sedang pariwisata.

Kami melaju perlahan,
melawan arus,
membelah jalan Jakarta yang tenggelam.

Aku hanya berdoa,
jangan ada ular yang melilit di dalam air.

-000-

Lalu ingatanku melompat ke tahun 1996.
Aku sedang belajar di Amerika,
ketika kabar itu datang.

“Rumah di Otista tenggelam,” kata mereka.
Aku terdiam.

Bukan rumahnya yang kuratapi,
tetapi ribuan bukuku yang lenyap,
dilahap banjir.

Buku-buku itu,
nyawa yang kukumpulkan sedikit demi sedikit,
menemani malam-malamku yang sepi.

Kini mereka menjadi fosil di dasar air,
menyatu dengan lumpur, hilang dalam sejarah.

Saat itu,
aku menangis di negeri asing,
bukan untuk rumah, bukan untuk harta,
tetapi untuk buku-buku yang tenggelam tanpa sempat diselamatkan.
Hilang separuh sejarahku.

Halaman:

Berita Terkait