DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Welly Nofi Sastera, Sang Permata Hati Ada di Hati

image
Welfryda (kiri) dan Sastri Bakry (Foto: Istimewa)

Saya rasa, karakter tak pernah ragu itu lah yang mengantarkannya punya keberanian untuk melatih, menatar dan memberikan ilmu  untuk ibu-ibu kecamatan seperti menatar para kader PKK di setiap kelurahan di Perupuk Tabing.

Tentu sudah banyak muridnya. Itu cara cerdasnya juga untuk memberdayakan muridnya jika ada pesanan banyak deta yang sekarang menjadi usaha suksesnya. Detanya sudah terkenal bahkan go internasional .

Welly memang multi talenta pernah mewakili SATUPENA Sumbar untuk membaca puisi bersama Yenny Ibrahim di Malaysia. Ia memang jago menari. Saya melihat langsung bagaimana ia bergerak lincah menggoyang tubuhnya setiap event yang diikutinya, terakhir ketika ia menari bersama artis Malaysia Umar Uzair di acara IMLF kedua.

Baca Juga: Fakultas Bahasa dan Seni UNP dan Delegasi IMLF Akan Berkolaborasi Dalam Sebuah Pertunjukan Seni dan Bahasa

Meski usia tak muda lagi dan tubuh yang khas ibu-ibu, ia tetap menunjukkan keahlian menarinya di setiap momen penting di setiap even SATUPENA Sumbar maupun even lain. 

Ia bahkan  pernah memamerkan keahlian memasak bersama sastrawan Bangladesh yang juga chef profesional dari Bangladesh, sebagai acara demo memasak IMLF. Kagetnya makanan itu tersedia untuk 200 orang delegasi. Bukan lagi demi memasak, tapi sungguh-sungguh menyiapkan masakan untuk delegasi.

Ia memasak rendang jengkol.  Luar biasa semua suka. Setelah itu ia mendapat order pesanan rendang jengkol terutama dari Malaysia, pundi- pundinya meningkat dengan rendang jengkolnya. Dengan sumringah ia bercerita transaksi UMKM yang ia kelola selama IMLF meraup ratusan juta terutama rendang jengkol yang menjadi andalannya. 

Baca Juga: IMLF-2 Satupena Sumatra Barat Akan Gelar Seminar Internasional, Hadirkan Sejumlah Pembicara Luar Negeri

Saya terkesima, ia cepat membaca peluang. Order semakin meningkat. Dan itu terjaga, pesanan rutin orang Malaysia yang cukup banyak  hingga sekarang. 

Kuncinya ia tetap semangat untuk ikut pameran, mempromosikan, menawarkan produknya untuk dicicipi dan dipakaikan kepada siapapun yang mampir di stand nya. Pokoknya ikut dan mengenalkan produk istimewanya deta. Saya pun telah menggunakan detanya eh tingkuluaknya hingga ke Turki dan di even konser 20 tahun Sumbar Talenta di Hotel Bumi Minang beberapa waktu lalu. Dan Saya bangga memakainya. 

Kita mesti belajar dari semangat  dan cara ia menghadapi masalah. Ia selalu ketawa. Gagal maupun berhasil. Tak sekalipun wajah sedih atau marah terlihat di depan orang meski saya marah. 

Baca Juga: Yusuf Liu Baojun, Pelukis Kaligrafi China Muslim akan Meriahkan Pameran IMLF Kedua di Padang, Sumatra Barat

Kompetensi sosiokultural memang harus dipelajari agar hubungan harmonis dengan sesama, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari hingga ia menjadi permata di hati kita semua. Jadi jangan iri dengan apa yang dia raih. Saya kira itu.  

Halaman:

Berita Terkait