Oleh Wayan Suyadnya*
ORBITINDONESIA.COM - Di tengah gemuruh cita-cita membangun "10 Bali Baru" yang pernah dicanangkan oleh Presiden Jokowi sebagai strategi pengembangan pariwisata, kini pertanyaan besar menghampiri: apa kabar proyek ambisius itu di bawah pemerintahan Presiden Prabowo?
Rasanya gema dari inisiatif itu kini terdengar sayup, hampir lenyap dari wacana publik.
10 Bali Baru merupakan konsep strategis yang sederhana namun berdampak besar. Jika Indonesia bisa memiliki sepuluh kawasan wisata berkelas dunia seperti Bali, bayangkan devisa yang akan dihasilkan.
Bali saja telah menjadi penyumbang devisa terbesar kedua setelah sektor pertambangan; bagaimana jika ada sepuluh destinasi serupa? Tentunya, Indonesia akan menikmati kelimpahan devisa yang jauh lebih besar, mengantarkan negeri ini menuju kemakmuran yang lebih nyata.
Namun, sejauh ini proyek ini terkesan mandek. Langkah-langkah konkret untuk menjadikan sepuluh daerah itu sebagai "Bali-Bali kecil" belum tampak menonjol. Pertanyaan "apa kabar?" terasa nyaring di ruang kosong.
Baca Juga: Biznet Festival 2024 di Denpasar Bali Memadukan Musik, Teknologi dan Hiburan Berkualitas
Bagi Bali sendiri, hadirnya sepuluh kembaran itu sejatinya bukanlah ancaman. Tidak ada rasa khawatir Bali akan tersaingi.
Sebaliknya, Bali justru melihat potensi luar biasa dari pengembangan sepuluh destinasi baru itu. Sebagai "kakak tertua" dalam dunia pariwisata Indonesia, Bali telah memiliki pengalaman panjang, infrastruktur yang mumpuni, serta sumber daya manusia yang sangat terampil.
Hadirnya 10 Bali Baru justru membuka peluang bagi Bali untuk berperan lebih besar, terutama dalam menyediakan tenaga profesional di bidang pariwisata.
Sekolah pariwisata di Bali sudah terbukti mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas tinggi. Ditambah dengan pengalaman lapangan yang begitu kaya, Bali menjadi pusat distribusi sumber daya manusia untuk mendukung berkembangnya sepuluh destinasi lainnya.
Selain itu, konsep pariwisata berjaringan juga menjadikan Bali sebagai simpul strategis.
Dengan mengintegrasikan destinasi-destinasi baru ini dalam jaringan wisata nasional dan internasional, posisi Bali tetap menjadi magnet utama sekaligus gerbang bagi wisatawan untuk menjelajahi destinasi lainnya.
Baca Juga: Walikota Jaya Negara: Denpasar Festival Jadi Hub Industri Kreatif untuk Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Satu dampak langsung yang dapat dirasakan adalah penurunan urbanisasi ke Bali. Dengan berkembangnya destinasi-destinasi baru seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, atau Borobudur, masyarakat dari daerah lain tidak lagi terpaku pada Bali sebagai satu-satunya tujuan impian. Mereka memiliki pilihan yang lebih dekat dan tak kalah menarik.
Namun, semua ini hanyalah potensi jika tidak ada upaya nyata untuk mewujudkannya. 10 Bali Baru bukan sekadar proyek; ia adalah janji besar yang harus ditepati demi masa depan pariwisata Indonesia. Jika tidak, ia akan menjadi sekadar gagasan megah yang lenyap ditelan waktu. Maka, sekali lagi, apa kabar, 10 Bali Baru?
Denpasar, 4 Januari 2025
*Wayan Suyadnya adalah penulis SATUPENA asal Bali. ***