Merayakan Masa Anak-anak dengan A Day for Sandcastles
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 04 Juli 2022 09:54 WIB
“Yang saya suka saat mengilustrasikan buku bergambar adalah menambahkan cerita-cerita sampingan (side stories) ke jalan cerita utamanya. Selama proses itu juga, saya selalu memikirkan pembaca dan relevansi buku agar terus dibaca (longevity), karena saya ingin mereka dapat menemukan sesuatu yang baru setiap kali mereka membuka kembali buku itu,” ungkap Leng.
A Day for Sandcastles bukan sekadar buku yang menggambarkan anak-anak liburan. Lebih dari itu, kita diajak untuk merayakan masa kanak-kanak. Jika kita memiliki kenangan yang indah, kita akan merasa terharu. Namun, jika kenangan itu berisi kesedihan, kita bisa terharu dan sedih pula.
Memori masa kanak-kanak kita akan terhubung. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Lawson tidak memberikan kata-kata dalam buku ini. Tidak lain agar pesannya lebih tersampaikan.
Baca Juga: Pemberitaan Media dan Bahaya Nara Sumber yang Tidak Memiliki Kredibilitas
“Saya pikir, akan tetap komunikatif dan indah walaupun tanpa kata-kata. Semuanya disampaikan dengan visual saja,” terang Lawson.
Bagi orang dewasa yang membacanya, buku ini bisa saja membangkitkan perasaan-perasaan dan emosi tersendiri.
Seperti bagaimana rasanya menelan air laut yang asin, rasanya membentuk pasir-pasir pantai, atau rasanya pulang liburan ketika hari sudah mulai gelap.
Jika anak-anak yang membacanya, pastilah buku ini akan lebih menyenangkan ketimbang mendengarkan cerita-cerita orang tua mereka sebelum terlelap. ***
Judul Buku : A Day for Sandcastles
Penulis : JonArno Lawson