DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Merayakan Masa Anak-anak dengan A Day for Sandcastles

image
Cover buku

ORBITINDONESIA - Masa liburan di masa anak-anak adalah yang paling menyenangkan. Di pantai, kita bermain pasir, membentuknya menjadi bangunan-bangunan, lalu ombak akan menghancurkannya seketika.

Anehnya, dalam kehancuran itu ada kesenangan tersendiri. Setelah rusak oleh ombak, kita sebagai anak-anak akan membangunnya kembali dengan gembira.

Momen-momen liburan anak-anak di pantai inilah yang tertuang dalam buku A Day for Sandcastles. Menariknya, cerita dalam buku ini tidak dituturkan dalam kata-kata tetapi hanya gambar ilustrasi.

Baca Juga: Christiaan Huygens dan Bayangan Tentang Alien

Buku tanpa kata-kata ini merupakan hasil kolaborasi antara JonArno Lawson, seorang penulis, dan Qin Leng, ilustrator yang menggambarkannya. Ide ini tercipta ketika Lawson menyaksikan ketiga anaknya bermain di pantai dan membuat kastil-kastil dari pasir.

Lawson mengawasi mereka dengan seksama dan sedikit kekhawatiran, karena terlalu dekat dengan gelombang ombak yang mengerikan.

Buku ini sekaligus menjadi kolaborasi kedua antara Lawson dan Leng setelah karya pertama mereka yang berjudul Over The Shop. Dalam prosesnya, Lawson menyerahkan sebuah manuskrip kepada Leng yang akan menerjemahannya ke dalam gambar.

Bagi seorang ilustrator, Qin Leng merasa punya tantangan tersendiri dalam memberikan ilustrasi untuk buku tanpa kata-kata ini. Terutama, karena buku ini hanya menceritakan satu lokasi. Tidak jauh-jauh dari biru laut, biru langit, dan pasir yang kekuning-kuningan.

Baca Juga: Legenda Lady Pilot

Tapi bagaimana pun, ia senang melakukannya karena bisa memberikan sisi-sisi lain dari cerita dengan sentuhan-sentuhan personalnya. Sebagai orang yang masa kecilnya tumbuh di Prancis, inspirasinya lebih banyak diambil dari komik Eropa.

“Yang saya suka saat mengilustrasikan buku bergambar adalah menambahkan cerita-cerita sampingan (side stories) ke jalan cerita utamanya. Selama proses itu juga, saya selalu memikirkan pembaca dan relevansi buku agar terus dibaca (longevity), karena saya ingin mereka dapat menemukan sesuatu yang baru setiap kali mereka membuka kembali buku itu,” ungkap Leng.

A Day for Sandcastles bukan sekadar buku yang menggambarkan anak-anak liburan. Lebih dari itu, kita diajak untuk merayakan masa kanak-kanak. Jika kita memiliki kenangan yang indah, kita akan merasa terharu. Namun, jika kenangan itu berisi kesedihan, kita bisa terharu dan sedih pula.

Memori masa kanak-kanak kita akan terhubung. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Lawson tidak memberikan kata-kata dalam buku ini. Tidak lain agar pesannya lebih tersampaikan.

Baca Juga: Pemberitaan Media dan Bahaya Nara Sumber yang Tidak Memiliki Kredibilitas

“Saya pikir, akan tetap komunikatif dan indah walaupun tanpa kata-kata. Semuanya disampaikan dengan visual saja,” terang Lawson.

Bagi orang dewasa yang membacanya, buku ini bisa saja membangkitkan perasaan-perasaan dan emosi tersendiri.

Seperti bagaimana rasanya menelan air laut yang asin, rasanya membentuk pasir-pasir pantai, atau rasanya pulang liburan ketika hari sudah mulai gelap.

Jika anak-anak yang membacanya, pastilah buku ini akan lebih menyenangkan ketimbang mendengarkan cerita-cerita orang tua mereka sebelum terlelap. ***

Judul Buku      : A Day for Sandcastles

Penulis            : JonArno Lawson

Ilustrator        : Qin Leng

Penerbit         : Candlewick

Tahun Terbit  : 2022

 

Sumber: Aplikasi Buku Pintar AHA

Peringkas: Hana Hanifah***

Berita Terkait