DECEMBER 9, 2022
Buku

Buku "Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan" Melestarikan Budaya Kebaya, Keindahan dan Sejarahnya

image
Temu media membahas buku “Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan” di kawasan Pacific Place, Jakarta, Sabtu. (ANTARA/ Putri Hanifa)

ORBITINDONESIA.COM - Buku Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan hadir sebagai wujud dokumentasi dan pelestarian budaya kebaya, yang tidak hanya mencerminkan keindahan tetapi juga mengabadikan perjalanan sejarahnya.

Disusun melalui riset mendalam, buku ini menggali makna kebaya dari berbagai perspektif budaya, sosial, dan sejarah, dilengkapi dengan wawancara para pakar budaya, antropolog, hingga pewaris tradisi kebaya di berbagai daerah.

“Kebaya adalah bagian tak terpisahkan dari identitas perempuan Indonesia. Setiap daerah memiliki keunikan kebaya masing-masing,” kata Miranti Serad selaku salah satu penulis buku saat temu media di kawasan Pacific Place, Jakarta, Sabtu, 30 November 2024.

Baca Juga: Didiet Maulana: Pengajuan Kebaya Sebagai Warisan Budaya ke UNESCO Dapat Menjadi Bentuk Kebanggaan

Karya itu juga memperkaya pengalaman pembaca dengan foto-foto artistik dan fitur kode QR yang mengarahkan ke video dokumentasi, menjadikannya lebih interaktif dan relevan di era digital.

Buku tersebut juga menyoroti dampak ekonomi kebaya terhadap masyarakat, khususnya pelaku UMKM seperti penjahit, perajin kain, dan penyewa busana.

Kebaya tidak hanya menjadi simbol budaya tetapi juga pendorong roda ekonomi. Selain itu, buku ini mencakup upaya pendidikan tentang kebaya melalui digitalisasi pola dan desain, memenuhi salah satu syarat penting UNESCO untuk pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia.

Baca Juga: Ladies International Program: Hari Kebaya Nasional Ajang Tunjukan Keunikan Kebaya dari Tiap Daerah di Indonesia

Buku ini juga mengabadikan gerakan-gerakan komunitas kebaya di berbagai daerah, seperti “Car Free Day Berkebaya” hingga pelibatan penjahit difabel di Semarang.

Dalam upaya ini, Tim Nasional Kebaya berkolaborasi dengan berbagai komunitas untuk mendokumentasikan keberagaman kebaya, mulai dari Kebaya Ambon hingga Batavia.

Meski sudah komprehensif, Miranti mengakui bahwa dokumentasi ini masih membutuhkan tambahan data, terutama dari arsip luar negeri seperti Singapura dan Belanda.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat: Kebaya Alat Diplomasi Budaya untuk Perdamaian Dunia

“Kami bahu-membahu menyusun buku ini, melibatkan banyak pihak demi memastikan warisan budaya ini tercatat dengan baik,” ungkapnya.

Halaman:
1
2

Berita Terkait