Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 21 Oktober 2024 09:23 WIB
Samsung adalah pemasok komponen penting, seperti layar OLED, untuk produk-produk Apple, meskipun di sisi lain mereka berkompetisi dalam penjualan produk akhir.
Pola ini memungkinkan kedua perusahaan untuk terus tumbuh, meskipun berada dalam persaingan sengit.
Dalam konteks politik, coopetition menjadi strategi penting dalam menciptakan stabilitas dan pembangunan berkelanjutan. Persaingan politik tidak harus berakhir dengan permusuhan, tetapi bisa bertransformasi menjadi kerjasama demi kepentingan yang lebih besar, seperti yang terjadi antara Jokowi dan Prabowo.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Tak Kutemukan Surga di Sana
Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa politik dapat berfungsi sebagai arena di mana rivalitas digantikan oleh sinergi untuk mencapai tujuan bersama.
-000-
Keunikan drama politik ini tidak berhenti pada kabinet Jokowi-Prabowo. Pada Pilpres 2024, Jokowi yang tidak lagi bisa mencalonkan diri, justru mendukung Prabowo sebagai calon presiden.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Itu Belajar di Bawah Cahaya Kunang-kunang
Prabowo lalu maju sebagai capres yang mendapat dukungan dari Jokowi, meskipun ia harus bersaing dengan capres yang diusung oleh PDI Perjuangan, partai asal Jokowi.
Jokowi mengambil risiko berseberangan dengan partai yang pernah membesarkannya. Kerja sama politiknya dengan Prabowo di pilpres 2024 juga berujung pada kemenangan telak.
Ini menambah lapisan kompleksitas dalam politik Indonesia, di mana dua rival lama kini bersatu untuk menghadapi tantangan politik baru.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ilmu Menjadi Tanah Air Pengganti
Dalam sejarah politik dunia, pola coopetition ini telah terjadi beberapa kali. Salah satu contoh terkenal adalah hubungan antara Abraham Lincoln dan William Seward di Amerika Serikat.