Catatan Denny JA: Ibu, Kukirim Nyawaku Padamu, Sampaikah?
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Sabtu, 21 September 2024 08:08 WIB
Bujana,
asal Bali,
tumbuh di bawah bendera revolusi.
Ia pohon muda yang menari dalam angin cita-cita.
Tahun 1960-an,
Indonesia mengirimnya untuk belajar,
ke Yugoslavia,
menjadi mata dan tangan revolusi.
Ia pecinta Bung Karno,
tergetar oleh gema perjuangan.
Bintang berdansa di jiwanya,
ketika menerima kabar,
beasiswa dari sang Pemimpin,
untuk belajar dan menguatkan revolusi.
Baca Juga: Catatan Bawah Tanah, Buku Kumpulan Sajak Fadjroel Rachman yang Ditulis Dalam Penjara Rezim Orde Baru
Namun revolusi tumbang,
bersama Bung Karno,
bersama impian.
Tumbang pula harapan.
Jika pulang, penjara menanti.
Jika tak pulang, paspor pun terhapus.
Ia terombang-ambing,
menjadi daun gugur,
tak lagi memiliki tempat untuk jatuh.
Ia bukan lagi milik bumi mana pun.
Ia adalah pohon diterbangkan badai,
tercabut dari akar,
mengembara di langit kosong,
menunggu jatuh di tanah yang tak pernah datang.
Baca Juga: Swary Utami Dewi: Catatan Politik Kebinekaan untuk Bang Trisno S. Sutanto.
-000-
“Ah, rindu kampung halaman,
mengoyak tiap sudut jiwaku."
Bujana ingin mencicipi rasa masa lalu,
Jaje kelepon kini hanya ilusi,
jagung urap hadir dalam mimpi.
Bau masakan ibu,
Ayam Betutu yang semerbak,
Nasi Jinggo menyelimuti malam.