DECEMBER 9, 2022
Internasional

China Ajak Indonesia Sama-sama Dukung Negara Afrika Sebagai Mitra dalam Global South

image
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, China pada Rabu, 4 September 2024 (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

FOCAC (Forum on China-Africa Cooperation) adalah forum kerja sama resmi antara China, 53 negara di benua Afrika (kecuali Eswatini) dan Komisi Uni Eropa.

Organisasi tersebut pertama kali dibentuk pada 2000 di Beijing dan mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) di level kepala negara/pemerintahan setiap tiga tahun sekali.

Pada 2024, KTT FOCAC berlangsung di Beijing, China pada 4-6 September dengan tema "Bergandengan Tangan untuk Memajukan Modernisasi dan Membangun Komunitas China-Afrika Tingkat Tinggi dengan Masa Depan Bersama."

Baca Juga: Delegasi Negara-negara Afrika Ikuti Pembukaan Forum Indonesia-Afrika 2024 di Badung Bali

Pemerintah China menyebut, sejak FOCAC berdiri, perusahaan-perusahaan China telah membantu negara-negara Afrika untuk membangun atau meningkatkan lebih dari 10.000 km rel kereta api, 100.000 km jalan raya, 1.000 jembatan, dan hampir 100 pelabuhan. Selain itu teknologi di bidang pertanian dari China disebut berhasil meningkatkan hasil panen lokal rata-rata 30-60 persen.

Sedangkan berdasarkan data Kementerian Perdagangan China dari Desember 2021 - Juli 2024, impor China dari Afrika mencapai 305,9 miliar dolar AS. China juga sudah menjadi mitra dagang utama Afrika selama 15 tahun berturut-turut.

Sementara Forum Indonesia-Afrika yang ke-2 (Indonesia-Africa Forum atau IAF) adalah forum kerja sama yang pertama kali diselenggarakan pada 2018 antara Indonesia dengan beberapa negara Afrika dengan semangat awal untuk mengembalikan "Semangat Bandung" seperti dalam Konferensi Asia-Afrika 1955.

Baca Juga: Organisasi Meteorologi Dunia: Krisis iklim Ancam 118 Juta Warga Afrika Pada 2030 Jika Tindakan Tepat Tak Diambil

Dalam IAF ke-2 pada 1-3 September 2024 di Bali dengan tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", hadir enam kepala negara/pemerintahan dari Rwanda, Liberia, Ghana, Eswatini, Zanzibar dan Zimbabwe namun secara total ada 1.400 peserta dari 29 delegasi negara.

Dalam IAF ke-2 tersebut, juga tercapai kesepakatan bisnis di sektor industri strategis, sembilan sektor bisnis kesehatan, dan enam sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT), dengan nilai total mencapai lebih dari 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,4 triliun).

Pemerintah Indonesia meyakini IAF penting sebagai sarana untuk menyerukan soliditas "Global South" sebagai penggerak perubahan.***

Baca Juga: Tanzania Desak Indonesia Tingkatkan Keterlibatan Dalam Upaya Industrialisasi Afrika

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait