Ke Gontor Apa yang Kau Cari: Penganiayaan Berbuah Kematian di Perkemahan Kamis dan Jumat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 06 September 2022 19:36 WIB
Puncak dari semua keburukan kekerasan seksual terjadi ketika pencabulan berlangsung lembaga pendidikan berbasis agama. Ini musibah superserius bagi pendidikan nasional yang harus ditangani secara komprehensif.
Baca Juga: Parah, Pakai Uang Hibah Rp 1,1 Miliar Buat Pesta Dugem, Pegawai Bawaslu Depok Dipecat
Sebetulnya oknum pelaku kebejatan syahwat di pesantren ini sangat sedikit jumlahnya dibandingkan populasi ustaz pembimbing dan santri senior yang bersikap lurus, berakhlak mulia dan layak menjadi role model seperti ditunjukkan banyak alumni santri yang menjadi sosok-sosok terhormat di tengah masyarakat. Di berbagai bidang. Oleh karena itu, menyikapi masalah ini harus seksama seperti ‘mengambil rambut dari tepung’. Bagaimana rambut bisa diambil namun tepung tak koyak.
Umat Islam tak perlu bereaksi berlebihan, misalnya dengan menyatakan hal ini bentuk Islamophobia yang dilancarkan ‘musuh-musuh Islam’. Tidak. Ini adalah borok dan kudis diri sendiri. Masih bisa disembuhkan dengan pengobatan tepat dan sikap mental sehat. Sebaliknya, bagi non-muslim atau mereka yang alergi terhadap pesantren, juga tak perlu menyimpulkan kasus-kasus ini merupakan wajah pesantren secara keseluruhan. Bukan.
Sikapi secara proporsional karena kasus-kasus kekerasan seksual di lembaga pendidikan tak eksklusif terjadi pada lingkutan umat tertentu. Tragedi ini bisa terjadi di lembaga pendidikan agama mana pun bahkan di lingkungan rumah ibadah, apa pun keyakinannya.
Untuk keluarga besar Gontor yang sedang berduka cita, saatnya mengingat kembali wejangan KH Imam Zarkasyi, satu dari tiga kiai pendiri PMDG selain KH Ahmad Sahal (1901-1977) dan KH Zainuddin Fanani (1908-1967). Beliau mengatakan seperti saya kutip di awal tulisan, “Orang yang benar niatnya akan menemukan ilmu yang bermanfaat dan berkah. Akan mudah baginya memberikan kemanfaatan ilmunya.”
Baca Juga: Suharso Monoarfa Tolak Hasil Mukernas PPP yang Melengserkan Dirinya Dari Kursi Ketua Umum
Artinya, jika ada oknum-oknum di lingkungan pesantren yang tak bisa memberikan kemanfaatan ilmu, bahkan menjadi penyebab musibah bagi orang lain, maka mereka adalah orang-orang yang gagal menemukan ilmu bermanfaat dan berkah.
Tragedi ini juga bisa menjadi momentum muhasabah bagi keluarga besar Gontor, baik para alumni yang tersebar di Indonesia dan manca negara apatah lagi yang sedang menjabat pengelola ponpes—ada belasan ponpes PMDG di seluruh Indonesia—agar merenungkan sungguh-sungguh selarik frasa yang terpajang gagah pada plang di setiap gedung ponpes yang megah: Ke Gontor Apa Yang Kau Cari?
Jika pertanyaan itu ditanyakan kepada Aat semasa hidupnya, sudah pasti tak akan pernah sedikit pun terlintas di benaknya jawaban, "Saya ke Gontor untuk mencari mati."