Psikolog Klinis Annisa Mega Radyani Sampaikan Cara Bijak Merespons Informasi Risiko Bencana Alam
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 24 Agustus 2024 09:20 WIB
Setelah menerima informasi mengenai risiko bencana tertentu, ia menyarankan, sebaiknya mencari serta menyerap informasi secara seksama dan lengkap dari beberapa sumber yang kredibel.
Annisa menekankan pentingnya mengakses informasi tentang risiko bencana dari sumber-sumber yang terpercaya, mengingat keterangan-keterangan yang belum dipastikan kebenarannya kini bisa cepat beredar di internet dan media sosial.
"Jadi, jangan percaya dari satu atau dua sumber, terutama dari sosial media. Kita perlu tahu, mencari sumber yang terpercaya, baik itu sumber berita dan penelitian," katanya.
Baca Juga: Perantau Minang di Jakarta Kirim Bantuan ke Korban Bencana Alam di Sumatra Barat
Selain mencari tahu untuk diri sendiri, membagikan informasi yang sudah diperiksa kebenarannya dengan orang-orang terdekat juga baik dilakukan.
Annisa juga mengingatkan orang yang merasa ketakutan saat menghadapi situasi kritis agar tidak menahannya sendiri, tetapi menyampaikan apa yang dirasakan kepada orang terdekat.
"Selalu ajak orang lain untuk bisa saling mendukung atau melindungi dan saling sharing informasi juga," katanya.
Baca Juga: BRIN Bangun Geomimo, Sistem Pemantau Bencana Hidrologi Berbasis Satelit Penginderaan Jauh
Annisa menyampaikan bahwa perasaan panik dan cemas wajar muncul setelah menerima informasi tentang risiko bencana alam.
Orang yang merasa panik, menurut dia, sebaiknya meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum melakukan langkah-langkah mitigasi bencana yang diperlukan.
Langkah mitigasi yang dapat dijalankan antara lain membuat daftar keperluan saat bencana alam dan menyiapkannya barang-barang yang diperlukan dalam kondisi darurat bencana secara rasional.
Baca Juga: Kuntum Khaira Riswan: Menyerukan Sistem Peringatan Dini Bencana di World Water Forum ke-10
"Coba ditulis semua informasi dan hal-hal yang harus kita siapkan, dan tentunya tidak sendirian. Coba ajak diskusi orang lain, untuk bisa kita diskusi sejauh mana hal yang sudah kita tulis itu masih dalam tahap wajar dan rasional," kata Annisa. ***