DECEMBER 9, 2022
Teknologi

BMKG: Sistem InaTEWS Jadi Andalan Deteksi Aktivitas Bahaya Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut

image
Peta zona megathrust Mentawai-Siberut, megathrust Selat Sunda, dan 11 zona megathrust lainnya di wilayah Indonesia. ANTARA/HO-Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG

ORBITINDONESIA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menilai, sistem InaTEWS masih menjadi andalan untuk mendeteksi potensi bahaya yang ditimbulkan bila terjadi aktivitas dari zona megathrust segmen Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024 malam, mengatakan bahwa InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) itu memungkinkan proses monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami semakin cepat dan akurat.

Sensor-sensor sistem InaTEWS di berbagai titik strategis, baik di darat maupun di laut, kata Daryono, juga dapat segera menyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh Indonesia karena sudah terintegrasi antar-instansi.

Baca Juga: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati: Hujan Sangat Deras dan Panjang Pemicu Banjir Lahar di Sumatra Barat

BMKG menilai pemanfaatan InaTEWS cukup efektif membantu memantau aktivitas gempa dan tsunami di zona megathrust luar wilayah Indonesia. Selain itu, untuk mendeteksi dampak pasca-gempa 7,1 magnitudo dari zona megathrust Nankai di Jepang pada 8 Agustus 2024.

Ketepatan tersebut juga didukung oleh peralatan penunjang untuk pengamatan gempa bumi berupa seismometer, accerelometer, dan sebanyak 56 unit intensitymeter yang sudah dioperasikan BMKG di jaringan monitoring gempa bumi kuat di Indonesia.

Oleh karena itu, lanjut dia, setiap sistem tersebut masih menjadi andalan untuk melakukan langkah mitigasi dampak gempa dan tsunami, termasuk potensi gempa besar pada zona megathrust segmen Selat Sunda dan segmen Mentawai-Siberut yang patut menjadi perhatian sampai saat ini.

Baca Juga: BMKG Mulai Persiapkan Ekspedisi untuk Investigasi Fenomena Kegempaan di Zona Megatrust di Tanah Air

Daryono menjelaskan bahwa megathrust merupakan zona pertemuan antar-lempeng tektonik bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami.

Indonesia dikelilingi 13 zona megathrust berdasarkan peta sumber bahaya gempa (PuSGen) pada tahun 2017. Zona megathrust segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, sementara zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatra.

Aktivitas zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut masih menjadi ancaman bahaya terbesar yang dapat terjadi sewaktu-waktu karena berdasarkan data BMKG segmen tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

Baca Juga: BMKG: Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa Dini Hari

"Oleh karena itu, oleh para ilmuwan, tinggal menunggu waktu saja. Seismic gap megathrust Selat Sunda potensi mencapai 8,7 magnitudo dan megathrust Mentawai-Siberut potensi 8,9 magnitudo," katanya.

Menyadari potensi yang ada, kata Daryono, selain memaksimalkan fungsi pada sistem pemantauan, BMKG terus menggencarkan edukasi, pelatihan mitigasi, evakuasi, dan berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Edukasi dan pelatihan tersebut dikemas dalam kegiatan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami (SLG), pembentukan masyarakat siaga tsunami, dan mengajar ke sekolah-sekolah (BMKG Goes to School/BGTS).

Baca Juga: BMKG: Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Pangandaran Jawa Barat, Tak Ada Potensi Tsunami

Dalam berbagai kesempatan, BMKG juga terus menyosialisasikan mengenai kebutuhan beralih menggunakan rumah yang tahan gempa. Bahkan, mewajibkan pemerintah daerah dan masyarakat di daerah yang rawan seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.***

Sumber: Antara

Berita Terkait