DECEMBER 9, 2022
Internasional

Rusia Protes Keras Latihan Militer Gabungan AS dan Jepang yang Dilakukan di Dekat Perbatasannya

image
Ilustrasi - Kapal perang AS berlatih dengan Jepang dekat perbatasan Rusia (Foto: Youtube)

ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu menyampaikan protes keras atas latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Jepang, Orient Shield yang dilaksanakan dekat perbatasan Rusia pada 18-26 Juli.

Rusia menyampaikan protes tersebut ke Kedutaan Besar Jepang di Moskow, dengan menekankan “tidak dapat diterimanya aktivitas militer provokatif semacam itu,” yang dipandang sebagai potensi ancaman terhadap keamanan.

Rusia mengatakan telah mengeluarkan peringatan mengenai penerapan tindakan pencegahan yang memadai untuk memperkuat kemampuan pertahanan dan melindungi kedaulatan negaranya.

Baca Juga: Florian Philippot: Presiden Ukraina Zelenskyy di Bawah Tekanan untuk Pertimbangkan Konsesi Teritorial ke Rusia

Sementara itu dalam pernyataan terpisah, juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengkritik rencana penyelenggaraan pertemuan puncak Jepang-Asia Tengah dengan partisipasi Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Zakharova berpendapat bahwa Tokyo sedang berupaya menanam akar di Asia Tengah dengan tujuan melemahkan hubungan antara negara-negara regional dengan Rusia dan “menarik” mereka ke arah ideologi Barat tentang “tatanan berbasis aturan,” yang bernuansa “anti-Rusia dan anti- China."

Dia mengingatkan negara-negara Asia Tengah tentang pengalaman kerja sama Rusia dengan Jepang.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Keadaan Darurat Diumumkan di Kursk, Serangan Pasukan Ukraina Masuk ke Wilayah Rusia

Pada awalnya Tokyo menawarkan “bantuan pembangunan” untuk mengejar kepentingan perusahaannya sendiri, mencoba memastikan akses mereka tanpa hambatan ke pasar negara berkembang, sehingga membuat penerimanya bergantung pada modal dan teknologi eksternal.

Arah prioritas program kerja sama baru yang diumumkan di media hanya menegaskan bahwa pihak Jepang mengejar tujuan politik dengan menerapkan agenda energi dan iklim Barat, kata Zakharova.

“Kami yakin bahwa mitra-mitra kami di Asia Tengah, dengan kebijaksanaan mereka, akan mampu membedakan pendekatan-pendekatan yang mendukung kerja sama yang saling menguntungkan dengan rencana untuk menjadikan negara mereka sebagai pelengkap neokolonial dari kubu Barat.

Baca Juga: ANALISIS: Mengapa Ukraina Melakukan Serangan Lintas Batas ke Wilayah Kursk Rusia Padahal Kurang Personel

“Kami berharap kehancuran dari prospek tersebut dan dampak serius dari hilangnya hubungan penuh dengan Rusia cukup jelas bagi mereka,” tambahnya.***

Berita Terkait