DECEMBER 9, 2022
Kolom

Ahmad Khozinudin: Pilgub DKI Jakarta, Posisi Anies Baswedan Angka Mati

image
Anies Baswedan (Foto: Antara)

Kedua, sudah menjadi rahasia umum bahwa syarat untuk menang kontestasi dalam demokrasi baik Pilpres maupun Pilkada, adalah adanya dukungan isitas (duit) dan otoritas (kekuasaan). Tak peduli elektabilitas, cerdas, program bagus, kalau tidak didukung duit dan kekuasaan, siapa pun pasti akan kalah.

Anies akan berada pada dua dilema. Antara visi ingin menang dengan dukungan isitas, otoritas, atau setia pada konsituen dengan konsekuensi kalah lagi untuk yang kesekian kalinya.

Anies tak mungkin mengulang sukses Pilkada saat mengalahkan Ahok. Jika Anies mengambil opsi berseberangan dengan penguasa seperti pada Pilpres 2024, maka seluruh otoritas kekuasaan akan menjadikan Anies common enemy, dan memastikan bekerja sama untuk menggebuk Anies hingga Anies mengalami kekalahan dalam Pilgub DKI seperti kekalahan yang dialami saat Pilpres 2024.

Baca Juga: DPP Partai Demokrat Pastikan, Anies Baswedan Tak Termasuk yang Digodok untuk Bakal Calon Gubernur Jakarta

Jadi, tak akan ada sukses story Anies saat melawan Ahok akan terulang. Apalagi tanpa sentimen dukungan umat Islam seperti aksi bela Islam yang merupakan dampak penistaan agama oleh Ahok yang menguntungkan Anies dalam Pilkada ketika itu.

Ketiga, Anies mungkin saja mengambil jalan pragmatis, merapat ke kekuasaan untuk mendapatkan dukungan isitas dan otoritas, persis seperti Prabowo yang merapat ke Jokowi pasca kalah oleh Jokowi pada Pilpres 2019 lalu.

Saat itu Prabowo kalah terhadap Jokowi. Lalu, Prabowo merapat untuk mendapatkan dukungan isitas dan otoritas, hingga akhirnya menang.

Baca Juga: Pilkada Jakarta, Hidayat Nur Wahid: PKS Usul Anies Baswedan Maju Lagi

Jika Anies mengambil jalan yang ditempuh Prabowo, maka Anies akan mati kartu dalam pandangan rakyat yang dahulu mendukungnya karena narasi perubahan. Anies, akan menjadi deretan lawan politik rakyat setelah membelot pada kekuasaan.

Jadi, posisi Anies di Pilkada DKI Jakarta seperti kartu mati. PKS pun mengorbitkan Anies hanya sebagai gimmick. Jika pada akhirnya koalisi penguasa benar-benar mengajak PKS berkoalisi dengan penguasa maju Pilgub DKI seperti pengakuan Presiden PKS Ahmad Syaikhu, maka dapat dipastikan PKS akan merapat dan segera meninggalkan Anies.

Sederhana saja alasannya, PKS paham betul yang menang dalam kontestasi adalah yang mendapat dukungan isitas dan otoritas. Bergabung dengan koalisi kekuasaan, artinya bergabung dengan kemenangan.

Baca Juga: Pilkada Jakarta: PDI Perjuangan Buka Peluang Gandeng PKB Dukung Anies Baswedan

PKS juga sudah mulai bosan menjadi partai oposisi selama 10 tahun. PKS ingin kembali menikmati kue kekuasaan lagi, seperti saat PKS berada di kekuasaan bersama SBY. 

Halaman:
1
2
3
Sumber: WA Group Nusantara Hot/ Ahmad Khozinudin Channel

Berita Terkait