DECEMBER 9, 2022
Kolom

Membuka Pintu Puisi Esai bagi Generasi Milenial

image
Elza Peldi Taher.

Saya pun menulis Puisi Esai dengan mengangkat tema tema masalah sosial di Jakarta dengan  melakukan riset kepustakaan dan literatur. Akhirnya terbitlah buku “Manusia Gerobak”. Buku ini mengangkat kehidupan orang orang yang tak beruntung, yang termarginalkan oleh pembangunan dan dianggap penyakit oleh masyarakat. “ Manusia Gerobak” adalah orang orang kalah yang mengalami kehidupan yang getir.

Tak dinyana setelah buku itu terbit muncul banyak tanggapan. Di media cetak banyak resensi. Saya  diundang beberapa media televisi untuk wawancara. Termasuk wawancara satu jam penuh di stasiun TVRI bersama dengan pengusaha dan presenter terkemuka, Soegeng Saryadi. Yang mengejutkan adalah  ketika buku itu  dijadikan sebagai bahan skripsi oleh seorang mahasiswi di UIN Jakarta, hanya dalam waktu setahun setelah buku tersebut terbit. Ini merupakan suatu pengalaman yang benar-benar luar biasa bagi saya, karena bagi seorang penulis, tidak ada yang lebih memuaskan daripada melihat karyanya dihargai dan dijadikan sebagai bahan kajian akademis.

Puisi Esai Berkembang Pesat

Tak lama setelah diperkenalkan sebagai genre baru dalam dunia sastra, Puisi Esai memang mengalami perkembangan yang pesat. Karya Puisi esai,  baik dalam bentuk buku maupun jurnal dan media media beredar di publik luas. Perlombaan menulis puisi esai pun menjadi semakin populer, dengan ribuan orang mendaftar setiap kali ada lomba yang diadakan.

Setiap ide baru, apapun, tak lepas dari kritik, termasuk Puisi Esai . Salah satu kritik yang sering muncul adalah bahwa bahasa dalam puisi esai tidak seindah  puisi-puisi konvensional.

Namun kritik-kritik tersebut justru tidak menghentikan popularitas dan perkembangan puisi esai. Sebaliknya, kritik tersebut justru membuat puisi esai semakin populer dan berkembang. Mengapa demikian? Karena kritik tersebut menciptakan dialog dan perbincangan yang lebih luas mengenai Puisi Esai sebagai genre sastra yang baru. Orang-orang mulai membicarakan tentang apa yang membuat puisi esai berbeda, apa yang membuatnya menarik, dan bagaimana kita seharusnya menilai keindahan dalam sebuah karya sastra.

Dengan kata lain, kritik-kritik tersebut memberikan sebuah hikmah bagi perkembangan puisi esai. Mereka tidak hanya menjadi sebuah tantangan, tetapi juga menjadi sebuah kesempatan untuk refleksi dan pemikiran yang lebih dalam mengenai makna dan peran puisi dalam kehidupan kita. Kritik-kritik tersebut juga memicu para penulis puisi esai untuk terus meningkatkan kualitas karyanya, baik dari segi bahasa maupun makna, sehingga puisi esai menjadi semakin beragam dan menarik bagi pembaca.

#####

Pada bulan Mei   2024, saya bersama Denny JA dan kawan kawan, berangkat ke Kinibalu, Sabah, untuk memenuhi undangan  penyair kenamaan Malaysia, Datuk Jasni Matlani. Datuk Jasni Mastlani tidak hanya dikenal sebagai seorang penyair ternama, tetapi juga sebagai pelopor dalam pengembangan puisi Esai di Malaysia, khususnya Sabah.

Tiba di Sabah kami  disambut hangat oleh Datuk Jasni dan kawan kawan penyair. Tak dinyanya di Sabah puisi Esai tumbuh menjadi  sebuah pergerakan yang kuat dengan  Datuk Jasni Matlani tokoh utamanya. Bersama dengan para kawan penyair Malaysia , ia telah menjadi pionir merintis jalan bagi puisi Esai untuk berkembang pesat di negeri tersebut. Mereka tidak hanya aktif dalam menulis puisi Esai, tetapi juga dalam mengadakan berbagai acara dan perlombaan yang mendukung pertumbuhan genre tersebut. Pemerintah Sabah pun memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif mereka. Setiap tahun ada perlombaaan Puisi Esai dan mendapat dukungan penuh pemerintah Sabah.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait