DECEMBER 9, 2022
Kolom

Membuka Pintu Puisi Esai bagi Generasi Milenial

image
Elza Peldi Taher.

Oleh Elza Peldi Taher*

ORBITINDONESIA.COM - Saya menulis buku Puisi Esai “Manusia Gerobak”  tahun 2013. Ini adalah pertama kali saya menulis puisi, bahkan dalam satu buku pula. Buku ini berisi kumpulan puisi tentang orang orang yang terpinggirkan akibat pembangunan kota yang diangkat  dari kisah nyata. 

Terbitnya buku ini merupakan “mukjizat” karena saya bukanlah penggemar puisi, pembaca puisi. Kepustakaan saya di rumah diisi oleh buku sosial, politik, psikologi, dan lain lain. Buku puisi hanya bisa dihitung dengan jari.

##

Mengapa saya tiba tiba menulis Puisi Esai? Bermula ketika saya menemukan buku inspiratif berjudul 'Atas Nama Cinta' karya Denny JA.

Dalam karya ini, Denny JA memadukan keindahan puisi dengan kedalaman esai, membawa saya pada perjalanan emosional yang mendalam tentang cinta, kehidupan, serta dinamika sosial yang kompleks dan diskriminatif. Melalui pengalaman dan pemikirannya yang dalam, Denny JA memperlihatkan bagaimana puisi esai bisa menjadi alat yang kuat untuk menggambarkan beragam isu yang mempengaruhi masyarakat Indonesia. Mungkin memang sudah takdir alam semesta, buku ini menjadi pendorong awal bagi saya untuk mengeksplorasi puisi esai

Denny JA menyebutnya sebagai genre baru puisi yang disebutnya Puisi Esai. Menurut Denny Puisi esai harus mengekspor sisi batin, psikologi dan human intertes pelaku, ditulis dalam larik bahasa puitik dan mudah difahami, diangkat dari fakta sosial, berbabak dan panjang. Ia juga harus ada catatan kaki dan literatur.

Yang menarik adalah bahwa  Puisi ini terbuka untuk semua orang, termasuk yang bukan penyair bisa ambil bagian. Wow. Ini hal yang menarik. Kata-kata “yang bukan penyair bisa ambil”. ini menarik. Setelah membaca kriteria puisi esai saya merasa menemukan medium baru menyampaikan fakta sosial melalui apa yang kemudian disebut sebagai puisi Esai.

Melalui Puisi Esai, saya bisa menemukan medium baru yang kuat untuk menyampaikan fakta sosial dengan kedalaman yang sama, tanpa harus terikat oleh batasan-batasan konvensional.

####

Saya pun menulis Puisi Esai dengan mengangkat tema tema masalah sosial di Jakarta dengan  melakukan riset kepustakaan dan literatur. Akhirnya terbitlah buku “Manusia Gerobak”. Buku ini mengangkat kehidupan orang orang yang tak beruntung, yang termarginalkan oleh pembangunan dan dianggap penyakit oleh masyarakat. “ Manusia Gerobak” adalah orang orang kalah yang mengalami kehidupan yang getir.

Tak dinyana setelah buku itu terbit muncul banyak tanggapan. Di media cetak banyak resensi. Saya  diundang beberapa media televisi untuk wawancara. Termasuk wawancara satu jam penuh di stasiun TVRI bersama dengan pengusaha dan presenter terkemuka, Soegeng Saryadi. Yang mengejutkan adalah  ketika buku itu  dijadikan sebagai bahan skripsi oleh seorang mahasiswi di UIN Jakarta, hanya dalam waktu setahun setelah buku tersebut terbit. Ini merupakan suatu pengalaman yang benar-benar luar biasa bagi saya, karena bagi seorang penulis, tidak ada yang lebih memuaskan daripada melihat karyanya dihargai dan dijadikan sebagai bahan kajian akademis.

Puisi Esai Berkembang Pesat

Tak lama setelah diperkenalkan sebagai genre baru dalam dunia sastra, Puisi Esai memang mengalami perkembangan yang pesat. Karya Puisi esai,  baik dalam bentuk buku maupun jurnal dan media media beredar di publik luas. Perlombaan menulis puisi esai pun menjadi semakin populer, dengan ribuan orang mendaftar setiap kali ada lomba yang diadakan.

Setiap ide baru, apapun, tak lepas dari kritik, termasuk Puisi Esai . Salah satu kritik yang sering muncul adalah bahwa bahasa dalam puisi esai tidak seindah  puisi-puisi konvensional.

Namun kritik-kritik tersebut justru tidak menghentikan popularitas dan perkembangan puisi esai. Sebaliknya, kritik tersebut justru membuat puisi esai semakin populer dan berkembang. Mengapa demikian? Karena kritik tersebut menciptakan dialog dan perbincangan yang lebih luas mengenai Puisi Esai sebagai genre sastra yang baru. Orang-orang mulai membicarakan tentang apa yang membuat puisi esai berbeda, apa yang membuatnya menarik, dan bagaimana kita seharusnya menilai keindahan dalam sebuah karya sastra.

Dengan kata lain, kritik-kritik tersebut memberikan sebuah hikmah bagi perkembangan puisi esai. Mereka tidak hanya menjadi sebuah tantangan, tetapi juga menjadi sebuah kesempatan untuk refleksi dan pemikiran yang lebih dalam mengenai makna dan peran puisi dalam kehidupan kita. Kritik-kritik tersebut juga memicu para penulis puisi esai untuk terus meningkatkan kualitas karyanya, baik dari segi bahasa maupun makna, sehingga puisi esai menjadi semakin beragam dan menarik bagi pembaca.

#####

Pada bulan Mei   2024, saya bersama Denny JA dan kawan kawan, berangkat ke Kinibalu, Sabah, untuk memenuhi undangan  penyair kenamaan Malaysia, Datuk Jasni Matlani. Datuk Jasni Mastlani tidak hanya dikenal sebagai seorang penyair ternama, tetapi juga sebagai pelopor dalam pengembangan puisi Esai di Malaysia, khususnya Sabah.

Tiba di Sabah kami  disambut hangat oleh Datuk Jasni dan kawan kawan penyair. Tak dinyanya di Sabah puisi Esai tumbuh menjadi  sebuah pergerakan yang kuat dengan  Datuk Jasni Matlani tokoh utamanya. Bersama dengan para kawan penyair Malaysia , ia telah menjadi pionir merintis jalan bagi puisi Esai untuk berkembang pesat di negeri tersebut. Mereka tidak hanya aktif dalam menulis puisi Esai, tetapi juga dalam mengadakan berbagai acara dan perlombaan yang mendukung pertumbuhan genre tersebut. Pemerintah Sabah pun memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif mereka. Setiap tahun ada perlombaaan Puisi Esai dan mendapat dukungan penuh pemerintah Sabah.

Dalam acara puisi Esai di Sabah hadir tokoh tokoh dan penyair Sabah termasuk menteri tekonologi. Bahkan ketika mau pulang diberi kesempatan untuk bertemu ketua Menteri Sabah, pejabat selevel gubernur di kantornya. Media Sabah memberitakan kehadiran puisi Esai di halaman pertama. Ini semua menunjukkan prestise Puisi Esai disana.

Mengapa puisi Esai justru berkembang dengan pesat di Malaysia, khususnya di Sabah?  Salah satu alasan yang mungkin adalah kekayaan tradisi pantun dalam budaya Malaysia. Pantun, dengan kekhasan strukturnya yang berirama , telah menjadi bagian integral dari percakapan sehari-hari orang Malaysia. Pantun seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting atau sebagai ungkapan ekspresi dalam berbagai konteks.

Ketika puisi Esai mulai berkembang, banyak yang menemukan kesamaan dalam struktur dan gaya dengan pantun. Puisi Esai, dengan ciri khasnya yang menggabungkan prosa dan puisi, memiliki kesamaan dalam penggunaan bahasa yang kaya dan pengaturan kata-kata yang berirama. Hal ini membuat orang Malaysia lebih mudah untuk mengapresiasi puisi Esai, karena mereka sudah terbiasa dengan keindahan dan kekayaan bahasa dalam pantun.

Dengan adanya fondasi kuat dari tradisi pantun, puisi Esai di Malaysia menjadi lebih mudah diterima dan lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Ini membuka pintu bagi para penyair untuk mengeksplorasi dan mengembangkan genre ini lebih jauh lagi, menciptakan karya-karya yang menginspirasi.

Merangkul Milenial

Bagaimana prospek puisi Esai ke depan? Apa agenda yang harus dilakukan?

Setelah melihat perkembangan, saatnya Puisi Esai masuk ke generasi milenial. Perlu dibuat terobosan baru. Adakan semacam lomba menulis untuk milenial dengan kriteria umur maximal 25 tahun. Latar belakang pendidikan tak perlu.  Dengan hadiah yang menarik, perlombaan diharapkan akan menarik minat yang besar dari kalangan muda untuk berpartisipasi. Lebih dari sekadar sebuah kompetisi, perlombaan ini adalah  langkah menuju regenerasi  dalam dunia puisi esai. Karya karya yang dianggap bagus diterbitkan dalam bentuk buku.Peserta yang karyanya bagus diberikan pelatihan agar mereka lebih mengenal puisi Esai. Kegiatan ini akan menjadi wadah untuk memperkenalkan suara-suara baru dari generasi muda kepada publik luas.

Penutup

Mengapa Milenial?

Generasi milenial, dengan banyaknya medium  media sosial yang mereka miliki, harus digelorakan semangat untuk menjelma menjadi penyair. Menginspirasi mereka untuk menyalurkan pikiran-pikiran mereka dalam bentuk puisi adalah langkah penting untuk menanamkan jiwa seni.

Melalui puisi esai, mereka dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih mendalam, merangkai kata-kata yang mampu menjelajahi perasaan, dan menyentuh hati pembaca dengan keindahan makna dan kedalaman kata yang menyentuh hati.  Mereka bukan hanya menjadi pengguna media sosial, tetapi juga pencipta karya seni yang mampu memperkaya dunia dengan keindahan dan kebenaran yang mereka sampaikan. ***

*Elza Peldi Taher ialah penulis

Berita Terkait