M Razi Rahman: Menguak Potensi Kebangkitan Partai Ekstrem Kanan di Pemilu Eropa 2024
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 04 Juni 2024 08:16 WIB
Singkat kata, kebangkitan politik berhaluan ekstrem kanan yang populis dan nasionalis saat ini akan semakin tidak bisa dielakkan lagi dan kian mewarnai perpolitikan Eropa. Kebangkitan ini akan semakin kuat dengan penyelenggaraan pemilu Parlemen Eropa tahun ini.
Lembaga wadah pemikir Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR) juga telah membuat prediksi bahwa pemilihan Parlemen Eropa 2024 akan mengakibatkan "belokan tajam ke kanan" di banyak negara, dengan partai kanan radikal populis akan semakin memperoleh banyak suara dan kursi.
ECFR memprediksi bahwa partai-partai populis tersebut akan memuncaki suara di sembilan negara anggota yaitu Austria, Belanda, Belgia, Ceko, Hongaria, Italia, Polandia, Prancis, dan Slovakia. Adapun partai-partai sejenis akan berada di posisi kedua atau ketiga di sembilan negara lainnya, yaitu Bulgaria, Estonia, Finlandia, Jerman, Latvia, Portugal, Romania, Spanyol, dan Swedia.
Baca Juga: Uni Eropa Desak Jeda Baru Dalam Perang Israel di Gaza
Trauma Eropa
Dalam kajian kebijakan sebelumnya bertajuk "A crisis of one’s own: The politics of trauma in Europe’s election year", ECFR mengingatkan bahwa politik Eropa sebenarnya tidak dapat dijelaskan secara simplistik antara bentrokan politik kiri dan kanan, tetapi sebenarnya lebih disebabkan oleh adanya berbagai krisis utama yang mengakibatkan munculnya trauma dalam perpolitikan Eropa.
Kajian tersebut memaparkan bahwa selama 15 tahun terakhir, Eropa telah mengalami lima peristiwa krisis besar yaitu perubahan iklim, krisis finansial global, migrasi, pandemi COVID-19, serta perang di Ukraina.
Baca Juga: Rp853 Triliun Paket Dukungan Tambahan untuk Ukraina Telah Disetujui Uni Eropa
Kelima krisis itu dinilai telah menimbulkan hantaman besar di Eropa sehingga berdampak terjadinya adanya krisis identitas politik di berbagai negara di sepanjang Eropa.
ECFR mengungkapkan bahwa dalam pemilihan Parlemen Eropa 2024 ini, kemungkinan dua hal yang menjadi isu kunci bagi pemilih adalah terkait dengan krisis iklim dan migrasi.
Migrasi, seperti diketahui, adalah satu hal yang banyak menjadi penekanan dalam sejumlah kebijakan yang didorong partai-partai ekstrem kanan.
Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Uni Eropa Harus Konsisten Hormati Hukum Internasional di Isu Palestina dan Gaza
Tidak heran pula bila beberapa tokoh, seperti Shada Islam, seorang pemerhati masalah Uni Eropa menyatakan dalam kolom di media Guardian pada 28 Mei 2024 bahwa dirinya sebenarnya cemas dengan besarnya kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki, baik di dalam maupun di luar pemerintahan, oleh para politikus yang sangat rasis, xenofobia atau anti-orang asing, dan Islamofobia.