M Razi Rahman: Menguak Potensi Kebangkitan Partai Ekstrem Kanan di Pemilu Eropa 2024
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 04 Juni 2024 08:16 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Eropa sedang menjalani periode krisis eksistensial dan tidak pernah memiliki banyak sekali musuh internal dan eksternal seperti saat ini.
Ucapan itu bukanlah terlontar dari penganut anti-Barat di negara luar Eropa, melainkan itu adalah pernyataan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Macron, yang dikenal sebagai politikus yang sangat ingin memperkuat fungsi, peran, dan posisi Uni Eropa, menyatakan hal tersebut saat diundang pada acara peringatan 75 tahun konstitusi Jerman di Berlin pada 26 Mei lalu.
Baca Juga: Uni Eropa Desak Jeda Baru Dalam Perang Israel di Gaza
Sebagaimana dikutip oleh Kantor Berita Sputnik, Macron menyatakan bahwa banyaknya musuh internal dan eksternal serta krisis eksistensi Eropa itu telah dikemukakannya di berbagai kesempatan.
Menurut dia, hal tersebut sebagian besar, antara lain, karena adanya konflik di Ukraina--yang banyak terkait dengan keterlibatan negara-negara di Uni Eropa--serta tantangan kondisi perekonomian.
Dengan berbagai faktor yang tidak kondusif itu, Eropa juga beberapa hari lagi, atau tepatnya pada 6 -- 9 Juni (tergantung dari ketentuan setiap negara), akan menjalani pemilihan umum 2024 untuk Parlemen Eropa.
Baca Juga: Rp853 Triliun Paket Dukungan Tambahan untuk Ukraina Telah Disetujui Uni Eropa
Pemilu untuk anggota Parlemen Eropa periode 2024 -- 2029 ini menarik untuk diperhatikan karena adanya merupakan pemilihan pertama yang digelar Uni Eropa setelah terjadinya Brexit atau keluarnya Inggris Raya dari organisasi regional tersebut.
Pemilu kali ini juga banyak disorot karena beberapa waktu terakhir ini ada kebangkitan partai populis sayap kanan yang memegang atau memiliki posisi signifikan di dalam pemerintahan, seperti partai Fidesz di Hungaria, Fratelli d'Italia di Italia, Demokrat Swedia di Swedia, dan Partai Finns di Finlandia.
Selama ini khususnya periode 2019 -- 2024, partai populis-nasionalis sayap kanan di Parlemen Eropa diketahui bergabung dalam fraksi Identitas dan Demokrasi (ID) serta fraksi Konservatif dan Reformis Eropa (ECR).
Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Uni Eropa Harus Konsisten Hormati Hukum Internasional di Isu Palestina dan Gaza
Kesamaan dari partai-partai sayap kanan itu, antara lain, adalah keinginan dari mereka untuk memperketat aturan terkait dengan imigrasi, memperkuat kedaulatan masing-masing negara-negara Eropa sekaligus tidak setuju dengan memperkuat federalisme Eropa, serta menentang pembentukan negara super "Eropa", sembari menginginkan birokrasi Uni Eropa tidak berlebihan dan lebih transparan.