Prabowo Subianto: Barat Terapkan Standar Ganda Antara Ukraina dan Gaza
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 28 April 2024 17:50 WIB
Namun, saya mengatakan ini pertama-tama dan terutama sebagai manusia. Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasakan penderitaan di Gaza dan Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasa marah atas apa yang terjadi di sana.
Namun kemarahan jelas tidak dirasakan oleh semua orang. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara Barat memimpin kampanye kecaman global. Mereka menyerukan dunia untuk mengecam Rusia atas nama hak asasi manusia dan hukum internasional. Namun saat ini, negara-negara tersebut masih membiarkan terjadinya konflik berdarah lagi, kali ini di Gaza.
Mengapa kehancuran Kota Gaza tidak separah kehancuran Mariupol? Mengapa serangan di Bucha lebih buruk dibandingkan serangan di Rumah Sakit al-Shifa? Mengapa pembunuhan terhadap warga sipil Palestina kurang layak untuk dikecam dibandingkan dengan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina?
Baca Juga: Pengamat ISESS Khairul Fahmi: Prabowo Subianto Berperan di Balik Suksesnya Bantuan ke Gaza Palestina
Semakin banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia, di wilayah selatan dan Barat, merasa bahwa kegagalan pemerintah Barat dalam menekan Israel untuk mengakhiri perang menunjukkan adanya krisis moral yang serius.
Bagaimana lagi standar ganda seperti ini dapat dijelaskan, ketika kita diminta untuk menetapkan satu perangkat prinsip untuk Ukraina dan satu lagi untuk Palestina?
Hampir setahun yang lalu saya menyerukan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Saya menyerukan gencatan senjata dengan alasan yang sama seperti saya menyerukan gencatan senjata dalam perang yang dilancarkan Israel terhadap Gaza.
Saya menyerukan agar pertempuran dihentikan karena warga sipil yang tidak bersalah menanggung akibatnya dengan nyawa mereka; karena kehidupan dan penghidupan sedang dihancurkan; karena perang sebesar ini tidak hanya berdampak pada negara dan masyarakat yang terlibat tetapi dapat menyebar dan melanda seluruh wilayah dan benua.
Saya menyerukan gencatan senjata sebagai awal menuju perdamaian jangka panjang karena, sebagai seorang Muslim, sebagai orang Indonesia, saya percaya pada perdamaian dan hidup berdampingan, moderat dan harmonis.
Nilai-nilai ini ada dalam DNA negara dan masyarakat kita. Bagi kami, hal ini sama relevannya ketika mereka yang menderita adalah orang Eropa dan ketika korbannya adalah orang Asia atau Afrika. Dan hal-hal tersebut tetap relevan, baik mereka yang terkena dampak adalah orang Kristen, Muslim, atau Yahudi.
Baca Juga: Nabil Abu Rudeineh: Bantuan Militer AS ke Israel Sama Dengan Bunuh Ribuan Warga Palestina di Gaza
Bersama banyak negara lain, Indonesia telah melakukan yang terbaik untuk membantu masyarakat Gaza bertahan hidup. Namun bantuan apa pun yang kita berikan, airdrop atau konvoi apa pun yang dapat kita kirimkan, tidaklah cukup.