China Protes Ancaman Kenaikan Tarif Baja dan Alumunium Hingga Tiga Kali Lipat oleh AS
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 20 April 2024 13:06 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pemerintah China mengkritik pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang menyebut akan menaikkan tarif hingga tiga kali lipat untuk baja dan aluminium China, jika Beijing terkonfirmasi menggunakan praktik anti-persaingan.
"Pernyataan tersebut tidak masuk akal. Hal ini merugikan hubungan perdagangan China-AS dan menyimpang dari pemahaman bersama antara kedua presiden di San Francisco. China sangat prihatin dan tidak puas atas pernyataan tersebut," Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers rutin di Beijing pada Jumat, 19 April 2024.
Pernyataan China itu disampaikan menanggapi ucapan Presiden AS Joe Biden di hadapan para pemilih dari kalangan pekerja "United Steelworkers" dalam kampanye di negara bagian Pennsylvania pada Rabu, 17 April 2024. Artinya, tarif impor baja dan aluminium dari China dapat menjadi 7,5 persen.
Baca Juga: Juru Bicara Mao Ning: Asia Tenggara Penting untuk China
"Pertama, sektor baja China terutama ditujukan untuk memenuhi permintaan domestik dan tidak menerima subsidi yang berorientasi ekspor. Hanya 5 persen baja kami yang diekspor, jauh lebih rendah dibandingkan Jepang, Korea Selatan, dan produsen baja lainnya, yang berarti pengaruh ekspor baja kami di pasar internasional sangat terbatas," ungkap Lin Jian.
Sebaliknya, AS, menurut Lin Jian, menghabiskan ratusan miliar dolar AS untuk subsidi dalam negeri yang diskriminatif dan menyalahgunakan kontrol ekspor dengan alasan "keamanan nasional", yang menghambat perdagangan normal cip komputer dan produk lainnya secara internasional.
"AS benar-benar menerapkan standar ganda untuk menuduh China melakukan 'praktik non-pasar'," tambah Lin Jiang.
Baca Juga: Mao Ning: Hubungan Ekonomi China dengan Rusia Tidak Terkait Perang di Ukraina
Alasan kedua, Lin Jian mengatakan berbagai penelitian di AS menunjukkan bahwa industri pembuatan kapal AS kehilangan keunggulan kompetitifnya sejak beberapa tahun yang lalu karena proteksi yang berlebihan.
"Pertumbuhan industri terkait di China merupakan hasil dari inovasi teknologi dan partisipasi perusahaan dalam persaingan pasar. Hal ini juga berasal dari sistem manufaktur industri China yang lengkap dan pasar domestik yang luas," ungkap Lin Jian.
Menyalahkan China atas permasalahan industri yang terjadi di AS, ungkap Lin Jian, tidak mempunyai dasar faktual dan akal sehat ekonomi.
Alasan ketiga, kata Lin Jian, menurut keputusan WTO, pemerintahan AS sebelumnya salah dengan mengenakan tarif tambahan untuk baja dan aluminium atas anggota WTO tertentu dan melakukan penyelidikan pasal 301 serta menaikkan tarif terhadap China.