DECEMBER 9, 2022
Kolom

Fahd Pahdepie Menceritakan Kedermawanan Denny JA: Ikut Menyokong Pembangunan Masjid

image
Denny JA. (OrbitIndonesia/tangkapan video)

Mendengar ia menyanyikan ‘Rindu Rasul’ di video itu, saya bisa membayangkan perasaan Denny JA. Dia adalah laki-laki romantis dengan hati yang lembut. Bahkan kadang ‘mellow’.

Denny JA yang saya tahu mudah sekali tersentuh dan menangis. Saya duga, dia pasti menangis ketika menyanyikan ‘Rindu Rasul’. Lagu itu selalu punya daya magisnya sendiri.

Dan benar saja. Di video itu Pak Denny menangis. Saya surprise sekaligus bahagia menyaksikan pemandangan itu. Seorang Denny JA, polster kenamaan yang kadang kontroversial itu, menangis karena ‘Rindu Rasul’! Ah, betapa dalam dan syahdu. Betapa berharganya momen ini buat saya.

Baca Juga: Kesaksian Alex Runggeary tentang Keramahan Yusak Yaluwo yang Merapat ke Konsultan Politik Denny JA

Dan sambil terus mendengarkan Pak Denny bernyanyi, entah mengapa pikiran saya terbang ke sebuah tempat… di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut, sekitar 170 km dari Jakarta, sebuah kampung kecil bernama ‘Saung Darussalam’ di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Izinkan saya menceritakan tempat itu.

II

Tempat itu bernama Saung Darussalam. ‘Saung’ karena rumah-rumah bambu berdiri di tempat itu, disebut ‘saung’ oleh orang Sunda. Sementara ‘darussalam’ atau ‘d?r as-sal?m’  adalah kontraksi kata bahasa Arab yang bermakna ‘rumah kedamaian’.

Pertama kali saya mengunjungi tempat itu sekitar tahun 2021. Waktu itu Saung Darussalam masih di masa-masa awal berdiri. Hamparan sawah yang hijau, kebun stroberi yang tertata rapi, kolam-kolam ikan dengan gemericiknya yang memanjakan telinga...

Di tanah seluas sekitar 600 m2 itu berdiri beberapa ‘saung’ dari bambu. Dipadukan dengan udara dingin, tempat itu benar-benar indah dan menyejukkan mata.

Namun, bukan ‘set up’ fisiknya yang membuat tempat itu benar-benar indah dan menyejukkan mata, tetapi orang-orang yang tinggal di sana: Mereka yang memendam rindu kepada Rasulullah. Para pelantun shalawat yang tak kenal lelah.

Setiap malam di tempat itu dibacakan shalawat pengobat rindu, bait-bait indah dari kitab ‘Dalailul Wushul’, sudah dua tahun mereka membacanya tanpa putus.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait