DECEMBER 9, 2022
Kolom

Fahd Pahdepie Menceritakan Kedermawanan Denny JA: Ikut Menyokong Pembangunan Masjid

image
Denny JA. (OrbitIndonesia/tangkapan video)

ORBITINDONESIA.COM – Seorang penulis dan pencerita bernama Fahd Paddepie memberi kesaksian tentang kedermawanan penulis senior dan konsultan politik kondang Denny JA dalam lintas bidang.

Kali ini, kedermawanan Denny JA yang ikut menyokong pembangunan masjid di kawasan Ciwidey, Kabupaten bandung, Jawa Barat diceritakan oleh Fahd Pahdepie secara tertulis lalu menyebar di jejaring media sosial whatsapp group.

Berikut ini kesaksian Fahd Pahdepie tentang kedermawanan Denny JA:

Baca Juga: Kesaksian Alex Runggeary tentang Keramahan Yusak Yaluwo yang Merapat ke Konsultan Politik Denny JA

Malam itu pukul 22.30 waktu Sydney, Australia. Hari pertama puasa, 1 Ramadhan 1445 H. Saya membuka layar handphone dan membaca sebuah pesan WhatsApp, tertulis pengirimnya Denny JA. “Kabar politik dari tanah air…” Gumam saya.

Namun, ternyata saya keliru. Pesan Pak Denny kali ini menuliskan judul yang berbeda dari biasanya, ‘Momen Merenung’, bunyi pesan itu. Saya mengernyitkan dahi. Lalu mulai membaca perlahan, “Setelah politik yang membelah, datanglah momen sebulan penuh, kembali menggali hal-hal yang lebih esensial dan spiritual. Selamat bulan Ramadhan.” Tulisnya.

Apa istimewanya pesan semacam itu? Sebenarnya bukan ucapan itu yang ingin saya bahas dalam tulisan ini. Tetapi sebuah tautan video Youtube yang disertakan bersamanya.

Sejurus kemudian, saya membuka tautan itu, lalu mulai mendengarkan Denny JA yang bernyanyi dengan latar belakang buku-buku. Ia menyanyikan lagu favorit saya sepanjang masa, ‘Rindu Rasul’ dari Bimbo.

“Rindu kami padamu Ya Rasul, rindu tiada terperi. Berabad jarak darimu Ya Rasul, seakan dikau di sini...” Seperti Denny JA yang saya kenal, ia bernyanyi dengan suara baritonnya yang khas, berat dan merdu. Dalam hati, perlahan saya mengikuti nada yang ia nyanyikan, “Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya surga. Dapatkah kami membalas cintamu secara bersahaja?”

Sebagai pribadi, saya mengenal Denny JA cukup lama. Kurang lebih 15 tahun. Saya memanggilnya ‘Pak Denny’. Mentor yang mengajarkan saya tentang politik dan bisnis, sejak saya masih ‘yesterday afternoon boy’ alias ‘anak kemarin sore’ di Jakarta.

Sering saya katakan dalam berbagai kesempatan: Saya adalah murid Denny JA, saya berguru kepadanya. Dalam 15 tahun itu, hubungan kami cukup dekat, hingga pada saatnya kami berbisnis bersama.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait