DECEMBER 9, 2022
Kolom

Entang Sastraatmadja: Petani Perlu Dibela, Jangan Ditindas

image
Ilustrasi petani yang gembira dengan naiknya harga gabah (Foto: Antara)

Berbagai langkah banyak digelar Pemerintah, agar harga beras kembali ke tingkat harga yang wajar dan tidak terus-menerus ugal-ugalan. Operasi Pangan/Beras Murah banyak dilakukan di Kabupaten/Kota  yang ada di negeri ini. Beras impor banyak dikucurkan di berbagai pasar. Ironisnya, harga beras masih enggan turun dan tetap bertengger di posisi harga yang cukup tinggi.

Beras sebagai komoditas politis dan strategis, betul-betul penuh dengan misteri. Selain bagi bangsa kita, beras merupakan bahan makanan pokok rakyat yang harus tersedia setiap waktu, ternyata beras pun kerap menjadi ukuran mati hidupnya sebuah bangsa. Terlebih bagi bangsa Indonesia, yang sebagian besar warga masyarakatnya, sangat tergantung atas ketersediaan beras itu sendiri.

Dalam sudut pandang yang tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah digambarkan tadi, beras merupakan sumber kehidupan dan sumber penghidupan sebagian besar warga bangsa.

Baca Juga: Kepala Wilayah Bulog Ahmad Mustari: Baru 24 Persen Beras Bantuan Pangan Tersalurkan di Tanah Papua

Itu sebabnya, beras harus tersedia sepanjang waktu. Beras tidak boleh langka atau menghilang di pasar. Sekalinya produksi beras turun dan langka di pasar, maka harga beras akan meroket guna mencari harga keseimbangan baru.

Lalu, apakah betul kenaikan harga beras hingga menembus angka Rp.17.000 per kg, akan memberi keuntungan bagi petani? Ah, rasanya belum tentu. Sebab, dalam konteks dunia perberasan, yang jadi "pemilik" beras, umumnya bukan petani.

Fakta di lapangan, para pemilik beras, rata-rata bandar atau tengkulak. Bisa juga para pengusaha penggilingan padi, termasuk di dalamnya Perum BULOG.

Baca Juga: Untuk Stabilkan Harga, Bulog Karawang Sebar Beras SPHP Hingga Menjelang Lebaran 2024

Petani sendiri, sebagian besar hanya memiliki gabah. Itu sebabnya, kalau Pemerintah ingin membela petani di saat panen raya nanti, misalnya, maka harga gabah harus tetap berada pada kisaran Ro.7.000 hingga Rp.8.000 per kg.

Sebab, berdasarkan pengakuan jujur para petani, harga gabah pada angka tersebut, benar-benar memberi keuntungan dan kegembiraan tersendiri bagi kehidupan petani beserta keluarganya.

Pemerintah akan lebih keren lagi, kalau pada saat panen raya beberapa waktu ke depan, dapat pula menurunkan harga beras pada angka yang wajar.

Baca Juga: Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan Jamin Stok Beras Aman Hingga Lebaran 2024

Langkah mempertahankan harga gabah pada angka Rp.7.000 hingga Rp.8.000 per kg, sekaligus menurunkan harga beras hingga Rp.13.000/Rp.14.000 per kg, bukanlah hal yang gampang untuk dilakukan. Tanpa ada terobosan cerdas, omong kosong hal itu bisa diwujudkan.

Halaman:
1
2
3
Sumber: Medsos WhatsApp@generasi pasca'45 Jateng

Berita Terkait