Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 18 Desember 2023 19:32 WIB

Menurut mereka, kalangan industri telah menggunakan artificial intelligence untuk menulis dan mengedit karya mereka selaku penulis.
Penulis tersebut hanya bisa menerima jika AI digunakan sebagai alat pembantu pencari data. Bukan editor dan supervisor karya penulis.
Intinya penulis ini tidak ingin honornya dikurangi, karena sebagian kerja mereka diambil alih oleh AI.
“Sekarang memang era artificial intelligence. Sejak tahun lalu, saya juga sudah menggunakan AI ini,” ujarnya.
Ia bercerita, ia memberi instruksi kepada komputer: tuliskan soal keindahan alam Indonesia dalam bentuk puisi. Lalu lahirlah puisi, yang bisa dinikmati.
Lalu Denny memberi perintah lagi: Tuliskan kisah Palestina dalam bentuk puisi esai. “Kali ini, AI gagal menulis puisi esai,” kata Denny.
Denny bertanya kepada teman yang ahli AI tentang hal ini. Temannya menjawab dengan bergurau. Menulis puisi esai lebih sulit. Karena harus ada catatan kaki.
“Kita beruntung karena AI belum bisa menulis puisi esai,” katanya.
Menurutnya, seandainya AI sudah bisa menulis puisi esai, itu tetap tak menjadi masalah. Manusia membaca sejarah. Sehebat apapun kemajuan teknologi, dalam sejarah seorang penulis tetap dibutuhkan.
“Teknologi datang dan pergi. Tapi seorang penulis tetap dibutuhkan,” katanya yakin.