DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Perlunya Kehadiran Kapal Pengangkut Helikopter

image
Ilustrasi Kapal TNI ngkatan Laut.

 

Oleh Abriyanto dan Bekti Purwono

ORBITINDONESIA.COM – Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) berjenis kapal bantu rumah sakit (BRS), produksi anak bangsa, belum lama ini diluncurkan pada 2022. Namanya KRI dr Radjiman Wedyodinigrat-992.

TNI AL sebelumnya telah memiliki alat utama sistem senjata/alutsista KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991 (dilunucurkan 2021) dan KRI Soeharso-990 (renovasi dari KRI Tanjung Dalpele-972 pada 2003), yang juga memiliki fungsi serupa seperti BRS.

Ketiga KRI tersebut memang sangat strategis perannya, karena Indonesia sebagai negara kepulauan cukup besar dan luas.

”Dengan kata lain, kapal rumah sakit sama pentingnya, baik untuk operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP),” ujar Laksamana Yudo Margono sewaktu meresmikan KRI Radjiman Agustus 2022 (waktu itu masih menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut).

Terbukti ketika sejumlah bencana alam terjadi, KRI dengan fungsi BRS sangat membantu.

Di sisi lain, Indonesia juga memerlukan KRI lebih banyak lagi dengan fungsinya yang beragam sebagai negara maritim yang besar. Seperti kapal angkut berfungsi namphibi landing shiptank (LST), landing platform dock (LPD) serta landing helikopter dock (LHD).

LHD, LPD atau LST, pada intinya adalah kapal  pendukung dengan peran utama sebagai pengangkut peralatan tempur maupun non tempur (OMSP), lengkap mencakup membawa pesawat udara berjenis khususseperti Helikopter, Tank, Panser atau Kendaraan Taktis/Tempur berkemampuan amfhibi, senjata seperti meriam roket, dan lain sebagainya.

Segala fungsi ini sangat bermanfaat saat OMP. Ini untuk mendukung gerak maju satuan tempur, terutama peran Marinir di titik pendaratan pantai serta peralatan, kendaraan yang dibawa sebagai bantuan tempur, diwaktu pelaksanaan OMP maupun saat pelaksanan latihan/ uji asah keterampilan.

Kemampuan kapal perang jenis LHD. LPD bisa menjadi solusi disaat situasi darurat kebencanaan alam (OMSP). Karena dapat menggerakan logistik dan peralatan di wilayah yang terdampak bencana alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir. Atau mitigasi bencana lainnya mengingat wilayah yang 2/3 adalah lautan Indonesia, kerap terjadi gempa bumi yang dibarengi gelombang tsunami menjangkau sepanjang pantai yang terkena ancaman gempa dann tsunami.

Ini yang berakibat kepada terputusnya asset jalan, jembatan, kerusakan bangunan, atau infrastruktur lain, sehingga mempersulit akses bagi keperluan pertolongan ke wilayah yang mengalami kebencanaan. Dengan adanya LHD, LPD, maka bisa menggerakkan alutsista pendukung seperti helikopter, hoovercarft, landing craft air carrier atau kendaraan berbasis darat berkemampuan amfhibi, untuk menembus daerah terisolir di daerah bencana.

Indonesia yang dijuluki the ring of fire, karena karakteristik geografinya dikelilingi gunung berapi serta dua lempeng bumi di Samudera hindia, memiliki potensi kerawanan bencana alam gunung api, gempa bumi, maupun bencana alam lainnya (Tsunami di Aceh, Nias, Yogyakarta dan Palu misalnya).

Dari peristiwa bencana besar yang terjadi di Indonesia tersebut, adalah pentingnya menghadirkan konsep KRI berjenis LPD/LHD, dengan semua kapasitas dan kemampuan yang bisa digunakan TNI AL, sebagai instrumen pertahanan/perang, namun bisa digunakan juga pada waktu kedaruratan & kebencanaan.

Mendasari kebutuhan KRI jenis LPD, pada 2006, hingga saat ini telah dibangun 5 kapal LPD, hasil kerjasama antara PT PAL bersama perusahan asal Korea Selatan. Hasilnya adalah seperti ketiga KRI dengan peran BRS seperti di atas. 

Namun, ada yang belum terlengkapi dengan kemampuan membuat kapal jenis LPD oleh Indonesia. Meski KRI di atas bisa membawa atau didarati Helikopter, tapi pada jumlah masih sangat terbatas (maksimal lima buah).

Perlunya Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menghadirkan KRI berjenis LHD dengan jumlah minimal satu lusin, guna menjangkau sekaligus menjaga wilayah kedaulatan laut nusantara.

Kelebihan LHD, bisa diproyeksi sebagai mini carrier/ kapal induk berbasis pesawat yang tidak mempunyai landasan terbang. Atau pesawat terbang berkemampuan terbang vertical/VSTOL (vertical short take off landing ), seperti beberapa negara di dunia yang telah lama memiliki LHD ( landing helicopter dock ) seperti Singapura, Australia, Cina Jepang, Korsel di Asia.

Dalam perspektif negara seperti Australia, Singapura Jepang dan Korsel, dengan kemampuan helikopter yang diangkut untuk OMP atau OMSP, jika negara yang diatas sedang dan tengah mendapatkan pesawat tempur G-5, F-35B berkemampuan VSTOL ( Vertical Short Landing Take Off ) dari Amerika Serikat, maka kehadiran LHD bisa menjadi Kapal Induk mini dan angkut heli menjadi pesawat tempur.

Tak menutup kemungkinan Indonesia pun melalui TNI AL kedepan bisa menghadirkan sejumlah LHD berkemampuan multi, baik OMP dan OMSP. Serta dapat mengangkut minimal satu skadron helkopter. Tak penutup kemungkinan juga kedepan Indonesia memiliki alutsists pesawat tempur berjenis VSTOL.

Dirgahayu TNI AL, jalaveva jayamahe! ***

Berita Terkait