Jokowi dan Para Relawannya: Oportunisme vs Radikalisme Kelas Menengah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 09 Agustus 2023 09:05 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/20231228161320yoilah-3708133908.jpg)
Taufik (2012) dalam Rising Middle Class in Indonesia membagi fenomena kelas menengah pada era Orde Baru menjadi dua periode. Periode pertama adalah generasi 1980-an yang brengsek namun tidak berdaya karena jumlahnya sangat kecil, umumnya bersikap konservatif dan mendukung kekuasaan.
Sementara generasi 1990-an adalah kelas menengah radikal, memiliki vitalitas dan dinamika dalam ilmu, teknologi dan ekonomi serta berkomitmen pada isu agama dan solidaritas kemanusiaan.
Kita mengenal istilah Yuppies (young urban professional) dari Amerika untuk menyebut kelas menengah era 1980-an yang dikenal sebagai pendukung konservatisme dan pasar bebas era Presiden Reagan.
Sementara kelas menengah 1990-an Amerika dikenal sebagai kaum nihilis, anti kemapanan dan giat melancarkan budaya perlawanan (counter culture). Apapun itu, fenomenan kelas menengah lahir dari kapitalisme abad-20 yang mengutamakan konsumsi massal.
Baca Juga: Prediksi Skor Pertandingan RANS Nusantara FC vs Madura United di Pekan ke 7 BRI Liga 1
Dinamika kelas menengah era Orde Baru ini tentu saja berperan penting dalam melahirkan munculnya relawan-relawan pendukung Jokowi yang menampilkan citra anti partai, anti elit politik, serta anti segala sistem mapan yang mereka cap korup dan tidak lebih dari kelanjutan Orde Baru itu sendiri.
Maka tidak heran jika organisasi relawan pendukung Jokowi dipimpin oleh mereka yang pernah menjadi aktivis mahasiswa pada era Orde Baru pada era 1990-an seperti Budi Arie Setiadi, Hilmar Farid dan Anies Baswedan.
Hendardi dan para kadernya yaitu Pramono Anung cs juga mewakili kelompok aktivis era Orde Baru pada dekade 1980-an, umumnya adalah para alumni ITB yang pernah terlibat aksi 5 Agustus 1989.
Tokoh peristiwa penolakan Menteri Dalam Negeri Rudini dalam acara penyambutan mahasiswa baru ITB angkatan 1989 ini adalah Ammarsjah Purba dan Fadjroel Rachman.