Ketika 9 Pemuda dari Malaysia hingga Rusia Tertarik Belajar Tari Gandrung di Banyuwangi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 28 Juli 2023 07:44 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Sembilan pemuda dari sejumlah negara sahabat tertarik belajar tari Gandrung asli Banyuwangi.
Para pemuda dari negara asing ini berasal dari India, Malaysia, Filipina, Kazakhstan, Rusia, Timor Leste, dan Indonesia sendiri. Sejak Juni 2023, mereka belajar tari Gandrung.
Lantas apa yang membuat para pelajar asing ini tertarik belajar tari Gandrung?
Baca Juga: WMO Peringatkan Perubahan Iklim yang Meningkat di Asia, Bencana Mengintai
Para pemuda ini sampai di Banyuwangi mengikuti program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI.
Tidak hanya tari Gandrung, para pemuda juga belajar tari Seblang Bakungan. Serta belajar memainkan alat musik gamelan di Sanggar Langlang Buana di Banyuwangi, Jawa Timur.
“Kami berlatih sekitar enam kali dalam seminggu, bergantian antara menari dan bermain gamelan,” kata Deena Kiswoyo, salah satu peserta program BSBI dari Australia, Kamis 27 Juli 2023.
Baca Juga: Diskusi Satupena, Sastri Bakry: Ajang Kesenian dan Budaya Itu Bukan Cuma Mengajukan Proposal
Meski harus mempelajari hal baru yang dianggap cukup menantang, tetapi para pemuda dari berbagai negara itu mengaku antusias dan bersemangat untuk mempelajari kesenian Indonesia.
“Memang cukup menantang karena saya tidak punya latar belakang tari sebelumnya, tetapi teman-teman dan pelatih membantu saya untuk mengatasi kesulitan dan terus belajar mengembangkan diri untuk berlatih keterampilan tradisional ini,” ujar Yasmin Bidadari Middleton, yang juga warga Australia.
Selain keduanya, peserta program BSBI yang ditempatkan di Banyuwangi berasal dari India, Malaysia, Filipina, Kazakhstan, Rusia, Timor Leste, dan Indonesia.
Menurut pelatih tari Ratna Dwi Astuti dari Sanggar Langlang Buana, para pemuda itu memiliki semangat yang luar biasa untuk mempelajari tari dan musik tradisional Indonesia.
Bahkan, mereka bisa menyelesaikan materi untuk dua tarian dan satu lagu hanya dalam waktu satu bulan, katanya.
“Semangat mereka luar biasa, itu yang meringankan tugas kami sebagai pelatih. Mereka juga cepat sekali menyerap materi yang kami ajarkan,” tutur Ratna.
Dia mengakui bahwa bahasa sempat menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan para peserta, tetapi seiring waktu berjalan, mereka bisa saling belajar.
Dengan tinggal dan berlatih kesenian Indonesia di Banyuwangi, para peserta menjadi lebih mengenal Bahasa Indonesia dan bisa mempraktikannya dalam keseharian mereka.
“Kebetulan ada satu peserta dari Indonesia, jadi dia juga sering membantu kami untuk saling berkomunikasi,” tutur Ratna.
Melalui program BSBI, Ratna berharap para peserta bisa “membawa pulang” materi dan pelajaran yang mereka peroleh selama berada di Banyuwangi, untuk diperkenalkan dan disebarluaskan kepada keluarga dan masyarakat di negara asal mereka masing-masing***