Mari Berpihak pada Nurani dan Keadilan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 12 Agustus 2022 16:41 WIB
Sementara yang sudah tergabung dalam IPHPS (sebagai salah satu bentuk Perhutanan Sosial di Jawa), dua tahun belakangan ini garapan mereka secara diam-diam "disabotase".
Cara sabotasenya, ketika petani IPHPS baru saja membersihkan lahan untuk ditanami, petani yang "pro Perhutani" menanami lahan tersebut dengan jenis tanaman tertentu, yakni gliriside atau gamal. Jarak tanamnya 1x2 m.
Petani IPHPS tentu saja tidak bisa menanam jagung di sela-sela tanaman tersebut karena sempitnya jarak. Jika ditanam, jagung akan mati. Jika gliriside tersebut dicabut, akan terjadi potensi konflik antar petani.
Maka, sekarang banyak petani IPHPS yang tidak lagi menggarap lahan karena praktik "sabotase" tersebut dan memilih mundur sementara.
Baca Juga: Mantan Member CLC Jang Yeeun Gabung Agensi Superbell Company sebagai Artis Solo
Mundur ini berarti mereka kerja serabutan untuk menyambung hidup. Atau seperti N, ia memutuskan bekerja serabutan sembari menanami lahan kecil miliknya yang berukuran setapak tadi, yakni sekitar 15x3 meter.
Ah terkadang manusia memang bisa lebih kejam terhadap sesama. Manusia tega memakan manusia lainnya.
Semoga masih banyak pihak yang punya nurani untuk bisa selalu tegak berdiri pada keadilan dan kemanusiaan, dan tidak disesatkan oleh ketidaktahuan ataupun manipulasi yang selama ini masih gencar dilakukan oleh para pengambil riba ini. ***