Syaefudin Simon: Mencari Tuhan di Kabah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 09 Mei 2023 16:19 WIB
Gara-gara kedekatanku dengan Cici, di kamar hotel cowok-cowok pada ngiri. Kok Simon terus yang didekati Cici? Enak deh jadi Simon, kata Ucok, teman sekamarku.
"Hai jangan cemburu bro," kataku pada Ucok. Cici dekat denganku karena diminta adikku. Adikku bestie-nya Cici.
Juga bestie-nya Simon? Kata Wahyu, teman sekamarku ngledek. Aku pun tertawa. Sejak saat itu, hari kedua di Madinah, aku selalu dikaitkan dengan bestienya Cici. Wah!
Baca Juga: Tergiur Kerja Enak Gaji Gede, Nasib Perempuan Ini Jadi Korban Penipuan hingga Puluhan Juta Rupiah
Dua teman sekamar lain sering ngeledek, mana bestie? Bajigur...mereka yang naksir Cici, aku yang dibestie-bestiekan. Payah. Maklumlah cowok, ngeliat Cici yang supel, suka bercanda, dan manis...naksir deh!
Cici bilang, Pak Simon harus ikut barisan. Jangan menjauh. Sampai di akhir putaran ke-7, rupanya Cici belum yakin aku sudah berputar 7 kali keliling Kabah. Meski rombongan sudah berada di tepi jalur untuk bersiap-siap melanjutkan Sy'ai, Cici masih menarik baju ihramku untuk memutari Kabah lagi.
Ia menganggap putaranku belum sempurna. Aku nurut saja digeret Cici agar terus muter Kabah. Batinku, ya sudahlah, kelebihan muterin Kabah toh lebih baik dari pada kekurangan.
Saat Sya'i, suasana pun tak kalah gaduh. Suara wirid bersahut-sahutan. Puluhan ribu orang berjalan cepat (di sebuah lorong berlantai putih yang lebih mirip tempat parkir di mall ketimbang tempat sakral) mendaki dan menurun -- bolak balik sepanjang 350 meteran.
Baca Juga: Polisi Temukan Sisa Pakai Narkoba pada Tersangka Kasus Penculikan Remaja Cantik di Bandung
Suasananya riuh. Gemuruh. Dalam kondisi tersebut, aku berpikir, gimana berdialog atau merasakan kehadiran Tuhan di tempat yang gaduh itu?