Syaefudin Simon: Menulis di Kota Suci
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Mei 2023 03:07 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Selama di kota suci, aku tak banyak ibadah, yang konon, pahalanya ribuan kali dari ibadah di Bekasi. Aneh. Aku kok inginnya menuliskan renungan-reungan di kota suci.
Kalau sudah pegang hape dan menulis, rasanya semua lelah hilang. Ada kesenangan yang muncul dari dalam. Bahkan makan pun kadang lupa.
Teman sekamar suka mengingatkan: Mas Simon, ayo makan. Jangan mantengin hape terus. Dikira temanku, aku sedang nonton serial drakor!
Di Madinah menurutku lebih banyak kisah-kisah yang inspiratif. Aku sudah menuliskan beberapa. Masih banyak hal yang belum aku tulis karena ketiadaan waktu. Nanti aku lanjutkan di Bekasi. Kumpulan tulisan di tanah suci itu akan aku bukukan.
Di Mekah kondisinya lain. Melihat posisi Kabah yang "tergilas" gedung-gedung tinggi di sekitarnya, hati ini langsung "nggrundel".
Gila kapitalisme dan pengusaha properti, batinku. Bangunan suci Kabah pun dikerdilkan. Hanya demi uang, kebesaran Rumah Allah dibonzai. Akibatnya aku pun kurang gairah menulis tentang Mekah -- tidak seperti Madinah.
Kota Madinah bagiku sangat luar biasa. Indah dan inspiratif. Di sekeliling Madinah pun banyak situs-situs sejarah penting, seperti Masjid Quba, masjid pertama yg dibangun Rasul, Bukit Uhud, makam pahlawan perang Uhud, kebun kurma Rasul, makam Rasul dan lain-lain. Kesanku Madinah lebih spiritual ketimbang Mekah.
Baca Juga: Erik Ten Hag Yakin Man United Masih Miliki Harapan untuk Finish di Empat Besar Liga Inggris
Padahal seharusnya Mekah lebih spiritual dari Madinah. Jika salat di Masjid Nabawi Madinah sebagai contoh, pahalanya 1.000 kali dari salat di masjid Bekasi.