Satu Idul Fitri di Tanggal yang Sama di Seluruh Dunia: Perlukah dan Mungkinkah?
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 21 April 2023 14:53 WIB
Ilmu pengetahuan sudah sampai di tahap itu. Bahkan kapan akan terjadi gerhana matahari 50 tahun mendatang, ilmu pengetahuan bisa menghitungnya dengan presisi yang tinggi. Dapat diketahui pula di daerah mana gerhana matahari 50 tahun mendatang bisa dilihat.
Cukup kita ketik saja di Google. Kurang dari satu menit, Google memberi tahu. Bahwa gerhana total matahari di tahun 2073, lima puluh tahun dari sekarang, akan terjadi di tanggal 21-22 Febuari. Lengkap pula dituliskan di negara mana total gerhana matahari itu bisa dilihat.
Soal belum adanya kalender global hijriah disebabkan bukan di level ilmu pengetahuan. Tapi itu ada di level pilihan interpretasi aturan, dan di level ego nasionalisme, atau ego organisasi kemasyarakatan.
Padahal semua perbedaan itu berangkat dari aturan yang sama, hadis Nabi Muhammad:
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal.
Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari".
Masalahnya bagaimana cara melihat hilal itu? Haruskah dengan mata telanjang? Atau bisa dibantu oleh teknologi supercanggih seperti teleskop dan satelit?
Dengan datangnya ilmu pemgetahuan, yang di era hidup Nabi ilmu itu belum ada, bolehkah hilal itu dihitung secara kalkulasi matematis dan astronomis saja? Bukankah secara keilmuan gerak benda alam raya hingga 50 tahun ke depan sudah bisa diketahui?
Bisakah diterapkan apa yang disebut dengan transfer imkan rukyat? keterlihatan atau kemungkinan terlihat hilal di suatu tempat di muka bumi diberlakukan (ditransfer) ke seluruh dunia?
Bisakah bumi secara keseluruhan dilihat sebagai satu kesatuan matlak (zona waktu saja)?