Ulasan Film: Manusia Langka, Buya HAMKA
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 11 April 2023 08:15 WIB

Leher dan rambut mereka masih terlihat sedikit. Seperti pakaian Mbak Tutut, atau yang lebih kuno lagi seperti pakaian Ustazah Zakiah Darajat.
Selain pakaian baru, film ini juga menyajikan gedung, rumah, dan bangunan yang masih baru dicat, termasuk rumah tahanan di awal film. Warna biru sebagian tembok kelihatan sekali baru dicat.
Film ini juga menyajikan sikap Buya yang lebih mengedepankan akalnya. Adegannya begini: Buya di Medan mendapat kabar dari rumahnya di Padang Panjang bahwa seorang anaknya meninggal dunia.
Baca Juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Film Terbaru Jackie Chan, Ride On di Bioskop XXI Kawasan Kota Jakarta
Dia tidak langsung pulang, tapi melanjutkan pekerjaannya sampai selesai. Setelah itu baru pulang. Menurut Buya, toh dia tidak sempat menemui jenazah anaknya karena perjalanan Medan-Padang Panjang jauh.
Sejatinya film ini bagaikan kumpulan potongan-potongan adegan yang memperlihatkan sosok Buya muda, yang rajin berdakwah. Jadi, dalam dua jam, penonton dijejali adegan Buya sebagai ulama, penulis roman, ahli tafsir, tasawuf, pejuang/politisi dan lainnya dengan porsi yang hampir sama besar.
Sayangnya tidak jelas alur cerita yang menjahit kumpulan adegan itu. Jadi, emosi penonton tidak terbangun, dan tidak ada ending selayaknya film Hollywood, meskipun alur dan ending film tidak mesti meniru cara film Amerika.
Akibatnya, penonton cepat kehilangan fokus dalam menonton. Karena itu, saya melihat Amel dan Tami sering melihat layar HPnya yang kecil dibandingkan layar bioskop yang jauh lebih besar.
Baca Juga: HOT, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina BERCERAI, Jika Saja Hal Ini Sampai Terjadi
Sutradara (Fajar Bustomi) tampaknya sudah berusaha keras menjahit sambungan adegan itu untuk mengikat perhatian penonton, dengan mengatakan: ini adalah drama biopik, biografi Buya Hamka jilid 1 dengan banyak fragmen sehingga sosok Buya akan tampak lebih utuh.