DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Dr KH Amidhan Shaberah: Berwajah Imut tapi Teroris

image
Dr KH Amidhan Shaberah.

Oleh: Dr. KH. Amidhan Shaberah, Ketua MUI (1995-2015)/Komnas HAM (2002-2007)

ORBITINDONESIA.COM - Lihat foto wajah Dananjaya Erbening? Imut dan inosen 'kan? Tapi ternyata, di balik wajah polosnya, Dananjaya (28) adalah teroris sejati.

Tentu saja penampilan DE sehari-hari sangat relijius. Rajin salat dan mengaji. Juga ramah terhadap tetangga dan orang lain. Tapi, di balik itu semua, Dananjaya menyimpan segudang rencana fantastik.

Ia ingin menghancurkan kepolisian dan tentara Indonesia. Karena kedua institusi ini, Polri dan TNI, adalah musuh utama para teroris. Sayangnya, sebelum aksi teror Dananjaya terlaksana, ia sudah ditangkap Densus 88 Anti-teror dari Polri belum lama ini.

Baca Juga: Pentingnya Nutrisi dan Vitamin untuk Kesehatan Rambut

Setelah peristiwa terorisme bom bunuh diri oleh Agus Sujatno, 7 Desember 2022 di markas Polsek Astana Anyar, Bandung, yang mengakibatkan 11 orang luka parah dan dua orang tewas (satu polisi dan teroris bom bunuh diri, Agus), 25 Agustus 2023 lalu, Densus 88, menggrebek rumah Dananjaya.

Pria yang bekerja di PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini, ternyata di rumahnya (Perum Pesona Anggrek, Harapan Jaya, Bekasi) menyimpan 18 pucuk senjata api dan 1.000 butir peluru. Hari-hari ini Dananjaya sedang menunggu "kursi panas" pengadilan.

Setelah diinterogasi Densus 88 ini, Dananjaya mengaku 18 senjata dan 1.000 peluru tersebut akan dipakai untuk melakukan aksi teror terhadap Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian RI Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat dan Markas Tentara Nasional Indonesia di Jakarta. Luar biasa beraninya!

Yang menarik, pria berwajah imut tersebut berhasil mengumpulkan dana miliaran rupiah melalui berbagai platform sedekah dan infak di internet.

Baca Juga: Prediksi Skor BRI Liga 1: Persib Bandung vs Persikabo 1973, 3 Poin Harga Mati di Derby Pasundan

Banyak orang menyumbangkan hartanya karena Dananjaya menyatakan, sedekah dan infak kaum muslimin yang diserahkan ke platformnya akan dipakai untuk membantu fakir miskin dan membangun tempat ibadah.

Dananjaya juga mengaku menyebarkan ratusan kotak amal di berbagai tempat keramaian seperti mal, supermarket, dan masjid, untuk mencari dana guna membiayai aksi terornya tadi.

Modus pengumpulan dana model terakhir ini sebetulnya sudah basi. Karena sebelumnya, banyak kelompok teroris melakukan pengumpulan dana dengan kotak amal.

Sebut saja, Para Wijayanto, pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), yang ditangkap Densus 88 di Bekasi, 29 Juni 2019 lalu. Ia mengaku berhasil mengumpulkan dana ratusan miliar rupiah dari ribuan kotak amal yang ditempatkan di pusat-pusat keramaian seperti mal, masjid, dan lain-lain.

Baca Juga: Megawati dan Gloria Arroyo Bahas Penghapusan Hukuman Mati

Tak hanya itu, JI juga berhasil membangun bisnis macam-macam seperti perkebunan sawit, pertanian, toko serba ada, dan lain-lain. Sehingga JI mempunyai dana yang sangat besar untuk membiayai aksi-aksi-aksi terornya.

Pertanyaannya, setelah tewasnya Agus Sujatno di Bandung; ditangkapnya Dananjaya Erbening di Bekasi, terus dipenjaranya Para Wijayanto di Lapas Cipinang, masih akankah para teroris itu bermunculan? Jawabnya, jelas masih.

ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang kini dipimpin Abu Hasan al-Hashimi al-Qurashi -- sepeninggal Abu Bakar Al-Baghdadi -- ternyata masih tetap membangun jaringan di seluruh dunia. Meski di Timur Tengah, tentaranya sudah dikalahkan militer resmi Suriah dan Irak.

Tentara ISIS yang kini bersembunyi di sejumlah wilayah "abu-abu" di Timur Tengah, Afganistan, dan Pakistan dengan jalan membaur dengan kelompok-kelompok Islam garis keras, jelas tak akan menghentikan cita-citanya mendirikan kekhalifahan Islam.

Baca Juga: Sandiaga Uno Ajak Komunitas di Sragen Perkuat Inovasi, Kolaborasi, dan Kreativitas

Dan sejauh ini, cita-cita mendirikan kekhalifahan Islam tidak pernah surut di kalangan organisasi Islam yang berafiliasi ke ISIS seperti Ansharud Daulah dan Jamaah Islamiyah. Kedua organisasi terakhir ini ternyata masih ada -- bahkan masih tumbuh -- di Indonesia.

Bagi kita bangsa Indonesia, kewaspadaan terhadap bahaya terorisme jangan sampai kendor. Karena para teroris yang bersembunyi, sebetulnya tengah menunggu saat yang tepat untuk melakukan aksinya. ***

Berita Terkait