Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Diplomasi Budaya Penting untuk Mendorong Perdamaian dan Stabilitas
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 20 Juli 2023 20:05 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dalam dunia yang terglobalisasi dan saling terhubung di mana negara-negara semakin saling bergantung, diplomasi budaya semakin penting untuk mendorong perdamaian dan stabilitas. Hal itu dikatakan doktor filsafat dari Universitas Indonesia, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar mengomentari dan memperkaya diskusi tentang Diplomasi Berbasis Budaya. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 20 Juli 2023 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Wahid Supriyadi, diplomat karier yang pernah menjadi Duta Besar di Uni Emirat Arab serta Rusia. Diskusi itu dipandu oleh Swary Utami Dewi.
Baca Juga: Trending Tagar Whatsapp Down di Twitter, Begini yang Dirasakan Netizen
Satrio Arismunandar menyatakan, diplomasi budaya adalah promosi budaya satu negara ke negara lain, dalam upaya membina kerja sama dan itikad baik. Ini memungkinkan warga dari dua budaya yang berbeda untuk memperoleh titik temu.
“Diplomasi budaya dimanfaatkan oleh negara-negara untuk mempromosikan kekhasan budaya mereka, sehingga meningkatkan keanekaragaman budaya dunia, sambil membuka jalan menuju kerja sama dan dialog,” tutur Satrio.
“Dengan mendukung saling pengertian, kepercayaan, dan keterbukaan terhadap keragaman budaya, ini meningkatkan hubungan internasional di banyak bidang kerja sama,” ujarnya.
Satrio mengakui, budaya kini semakin meresapi hubungan internasional dan kebijakan luar negeri. Bentuk dialog antarbudaya yang unik ini memiliki kekuatan untuk memperkuat dan memperbarui kerja sama multilateral, di luar persaingan kepentingan.
Baca Juga: Andre Vincent Wenas: Jokowi dan Gagalnya Teori Bebek Lumpuh
“Dialog antarbudaya tersebut menghasilkan barang publik global, sekaligus mengatasi beberapa masalah mendesak saat ini, seperti disinformasi, ketidaksetaraan sosial, konflik, dan perubahan iklim,” ujar Sekjen Satupena itu.
Ditambahkannya, model-model baru diplomasi budaya muncul dan saling menguntungkan bagi negara-negara yang terlibat, serta membangun budaya sebagai sumber kohesi sosial dan dialog.
Menurut Satrio, bentuk diplomasi budaya sebetulnya telah ada selama berabad-abad, dengan penjelajah, pelancong, pedagang, guru, dan seniman sebagai pelaku “diplomasi budaya” awal.
Setelah kemerdekaan negara-negara jajahan, beberapa negara memusatkan kebijakan luar negerinya pada budaya, atau kebijakan pembangunan pada kerjasama antar negara dalam budaya.
Diplomasi budaya adalah cara untuk pulih dari lembaran kelam masa lalu mereka, yang ditandai dengan diskriminasi dan persekusi.*****