DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Dimas Nataprawira: Menolak Lupa Pemerkosaan dan Pembunuhan Ita Martadinata Haryono

image
Ita Martadinata Haryono yang dibunuh dan diperkosa pada 1998.

ORBITINDONESIA.COM - Ita Martadinata Haryono (1980) adalah seorang siswi SMA berasal dari kalangan etnis Tionghoa yang beragama Buddha, yang menjadi salah satu korban pemerkosaan pada 15/16 Mei 1998.

Ita Martadinata dibunuh pada 9 Oktober 1998, 4 hari sebelum keberangkatannya ke New York, Amerika Serikat, guna memberi kesaksian testimoni di hadapan Kongres PBB, pembela Hak Asasi Internasional.

Sebelum dibunuh, diduga pelaku sempat memerkosa Ita Martadinata di dalam rumah/ kamarnya sendiri, darahnya ditemukan berceceran di lantai dan tembok rumah.

Baca Juga: Dugaan Korupsi Bansos Beras, KPK Geledah Kantor Kemensos, Langsung Temui Tri Rismaharini, Begini Responsnya

Jenazahnya sendiri ditemukan telanjang dan lehernya hampir putus (digorok dengan pisau tua), kemudian (maaf) di duburnya terdapat kayu yang ditancapkan, di kamarnya darah sudah menggenang banyak di lantai.

Sejak kejadian itu baik korban, orang tua korban dan komunitas Tionghoa langsung Tutup Mulut. Kasus ini pun ditutup kepolisian dan dianggap sebagai kasus kriminal biasa.

Kenapa Ita dihabisi dengan sebegitu sadisnya? itu karena Ita adalah relawan untuk kemanusiaan dan hak asasi manusia yang melakukan investigasi terhadap perkosaan para gadis dan perempuan Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998.

Ita aktif dalam aktifitas konseling terhadap para korban kerusuhan Mei 1998, Ita meyakini bahwa pemerkosaan dalam tragedi kerusuhan Mei 1998 adalah bentuk teror politik yang mengeksploitasi seksualitas perempuan Tionghoa.

Baca Juga: Begini Respons PKS Mengetahui Kelakuan Bukhori Yusuf Injak Istri Muda yang Hamil Hingga Pendarahan

Ita juga meyakini berbagai kasus pemerkosaan terhadap para perempuan Tionghoa saat itu bukanlah pemerkosaan biasa, akan tetapi pemerkosaan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang yang terlatih.

Ita saat itu bersama ibunya Wiwin Haryono akan berangkat ke Amerika Serikat dengan empat korban Kerusuhan Mei 1998 lainnya untuk memberikan kesaksian kepada Kongres Amerika Serikat tentang tragedi kerusuhan Mei 1998.

Rencana keberangkatan Ita untuk bersaksi di PBB dianggap mengotori nama Indonesia di mata dunia internasional, sehingga Ita dihabisi dengan kejam.

Satu minggu sebelum berangkat ke Amerika Serikat untuk memberi kesaksian terkait kekejaman pemerintahan Orde Baru dalam tragedi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, Ita yang saat itu masih kelas 2 SMA menjalani aktivitasnya seperti biasa.

Baca Juga: Piala Asia 2023: Lawan Timnas Indonesia, Irak Tambah Amunisi dari Pemain Keturunan

Selesai jam sekolah, Ita langsung pulang ke rumah. Sampai di rumahnya gadis yang masih belia itu naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ternyata di kamar itu sudah menunggu seorang laki-laki yang kemudian membunuhnya dengan sangat sadis.

Ita Martadinata tewas seketika dengan luka-luka menganga akibat tusukan benda tajam. Tubuhnya ditemukan tewas bersimbah darah dalam kondisi tertelungkup.

Setelah tewasnya Ita Martadinata, tidak ada lagi saksi dan korban yang dapat memberikan keterangan di PBB. Laporan ke PBB juga tidak dapat ditindaklanjuti karena negara menolak mengakui.

Dengan terbunuhnya Ita menunjukkan betapa sadis dan kejamnya Orde Baru demi langgengnya kekuasaan Soeharto dan para kroni-kroninya.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Simulasi 3 Tokoh, Ganjar 40,0 Persen, Prabowo 36,8 Persen, dan Anies 23,2 Persen

Tujuan pemerintahan Orde Baru akhirnya tercapai. Pembunuhan terhadap Ita Martadinata membuat investigasi internasional terkait pemerkosaan massal di Indonesia akhirnya terhenti, dan sampai sekarang pelaku pembunuhan Ita Belum pernah terungkap dan tertangkap.

Bukan hanya itu saja, tim relawan lainnya juga menerima berbagai ancaman, jika berani coba-coba membawa kasus pemerkosaan massal pada tragedi kerusuhan 1998 itu ke PBB.

Kasus pembunuhan sadis terhadap Ita Martadinata Haryono adalah salah satu dari sekian banyaknya kekejaman pemerintah Orde Baru, mereka menghalalkan segala cara demi melanggengkan kekuasaan untuk menjarah kekayaan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Ngeri, Punya Utang 31,4 Triliun Dollar, Kurang dari 10 Hari Lagi AS Terancam Gagal Bayar

Akibat kekejaman Orde Baru banyak nyawa tak berdosa yang tewas bergelimpangan. Para aktivis mahasiswa yang menuntut reformasi pun berkorban darah dan nyawa dimana mereka dibantai dengan berondongan peluru, yang notabene peluru-peluru tersebut dibeli dari hasil keringat rakyat.

Tragedi 1998 merupakan noda kelam yang tidak akan pernah bisa terlupakan dalam sejarah di negeri tercinta ini dimana Prabowo Subianto adalah bagian dari pemerintah Orde Baru yang kejam.

Oleh: Dimas Nataprawira, dikutip dari forward di grup WA Ganjar 01. ***

Berita Terkait