Megawati, Politisi Terkuat di Indonesia yang Kerap Salah Dimengerti
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 24 Januari 2023 08:10 WIB
Di tahun itulah Megawati bisa berhadapan langsung dengan Suharto di Bina Graha, suatu perlawanan “head to head” yang sebenarnya.
Di tahun 1996 Suharto seperti kehabisan akal menghadapi Megawati, ia melakukan tindakan yang sangat kasar dan menargetkan Megawati diturunkan dari Ketua Umum PDI sebelum Pemilu 1997.
Alat yang dipakai Suharto adalah Ketua PDI sebelum masa Megawati yaitu Suryadi dan beberapa elemen ormas binaan Orde Baru juga aparat militer yang disamarkan.
Serangan berdarah ke kantor PDI pada Sabtu kelabu tanggal 27 Juli 1996 menjadi catatan kelam dalam sejarah demokrasi Orde Baru.
Tapi di titik inilah Megawati justru bisa melihat kekuatan dia yang sebenarnya. Megawati memboikot Pemilu 1997 dan walhasil hasil PDI anjlok total hanya 3,06% setelah suaranya berhasil didongkrak hingga 14% saat Megawati masih jadi kader PDI.
“Megawati, Media dan Politik Pencitraan”
Satu hal yang bisa dibaca dari karakter Megawati adalah membangun dan membaca politik berdasarkan realitas. Ia percaya kekuatan politik dan perilaku harus berdasarkan kondisi sebenarnya.
Dan ia sangat pendiam, tidak banyak bicara. Karakter ini sangat membantunya untuk melihat perkembangan, membaca karakter orang dan membangun intuisi-nya dalam mengarahkan Partai, kekuatan pendukung, juga membaca lawan politiknya.
Baca Juga: Tidak Hanya Bunuh Keluarga Sendiri, Wowon Juga Eksekusi Tetangganya Lewat Suguhan Kopi Maut