Megawati, Politisi Terkuat di Indonesia yang Kerap Salah Dimengerti
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 24 Januari 2023 08:10 WIB
Sebuah politik anti berdikari yang keterlaluan sehingga melahirkan perlawanan mahasiswa sepanjang tahun 1973, lalu dilakukan operasi intelijen menjebak mahasiswa pada 15 Januari 1974 yang dikenal peristiwa Malari.
Walaupun sejatinya perlawanan mahasiswa selama kurun 1971-1974 digerakkan oleh unsur intelektual dan mahasiswa PSI (Partai Sosialis Indonesia), namun substansi perlawanan mahasiswa itu justru kental diwarnai doktrin Sukarno soal “Kemandirian Bangsa”.
Sebuah pandangan yang tidak pernah digubris Orde Baru yang mantra pembangunannya adalah konglomerasi dan kapitalisme barat.
Baca Juga: BRI Liga 1: Persis Solo Melawan Persikabo 1973 Berakhir Tanpa Pemenang
“Kebangkitan Sukarnois Tahun 1986”
Puncak dari kebangkitan kaum Sukarnois di Indonesia secara nyata terlihat sejak tahun 1986. Saat itu kelompok Sukarnois mendapatkan ruang dalam “politik negara” di dalam wadah Partai Politik PDI.
Masuknya Kaum Sukarnois tersebut ke dalam ruang politik formal tidak terlepas dari kelengahan Orde Baru, yang saat itu sedang sibuk menghabisi kubu NU di PPP sehingga melonggarkan pengawasan pada PDI.
Di saat itulah Suryadi yang ingin meningkatkan suara Partai merekrut Megawati menjadi Caleg PDI untuk Dapil Jawa Tengah, wilayah basis Sukarnois terkuat di Indonesia.
Masuknya Megawati memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan jaringan Sukarnois di akar rumput yang jumlahnya puluhan juta dan selama masa Orde Baru terpaksa ‘tiarap’.
Baca Juga: MotoGP: Francesco Bagnaia Gunakan Nomor 1 untuk Musim 2023