Isti Nugroho, Sang Filsuf
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 01 Agustus 2022 18:04 WIB
Isti, kecantikan seperti siapa gadis yang kau idamkan? Seperti Meriam Belina, Ida Iasha, atau Hema Malini? Isti diam.
Aku mengidolakan gadis yang indah seperti puisi Jalaludin Rumi. Tapi pemberontak seperti puisi Chairil Anwar. Bagiku Simon, gadis yang sosoknya tidak puitis, yang tidak inspiratif, adalah gadis yang tidak memiliki kecantikan apa pun.
Tragisnya, dalam perjalanan hidupnya -- Isti yang pernah dipenjara rejim Orde Baru karena dituduh menyebarkan luaskan buku-buku novelis Pramoedya Ananta Toer -- tidak menemukan gadis idamannya yang kecantikannya seperti puisi tersebut.
Isti pernah menikah -- suatu ritual manusia yang diagungkan sekaligus dilecehkan Socrates -- dengan gadis cantik yang dalam bayangannya seperti puisi Rumi dan Chairil. Ternyata, dugaan Isti keliru.
Baca Juga: Kejaksaan NTB Menangkan Perkara Gugaran Lahan ITDC di Mandalika
"Simon, wanita cantik itu ternyata butuh money, bukan puisi. Lelah aku memburu kebutuhan hartawi untuk istriku. Aku terbelenggu. Intuisi dan inspirasiku terganjal tuntutan wanita cantik yang tidak puitis." Keluh Isti.
"Sekarang, aku pilih menjadi filsuf," ujarnya. Biarlah kucari wanita-wanita puitis dalam drama dan teater yang aku sutradarai. Meski kecantikan itu hanya muncul dalam ilusi peran, tapi bagiku sudah cukup. Toh hidup hanyalah deretan peran yang silih berganti.
"Kini aku sadar hidup itu berkelana dalam imajinasi. Seperti kata Satrio Arismunandar, yang merasa hidup adalah sekadar menjalani mimpi di atas lapisan-lapisan mimpi yang tak pernah berhenti." Tambah Isti.
Di usiaku yang 62 sekarang, aku percaya apa yang dikatakan Socrates. Tambah pria yang selalu bersemangat memuji Karl Marx itu.
Baca Juga: BLACKPINK Rilis Video Musik Ready for Love, Dua Hari Capai 29 Juta Penonton di YouTube