Anton Sudibyo: Prestasi Ganjar Apa, Ini Jawaban Saya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 15 Januari 2023 04:11 WIB
ORBITINDONESIA - Seorang senior dari Solo semalam bertanya pada saya. Prestasi Ganjar itu apa? Beliau bertanya karena sering bingung beragumen kalau debat dengan pendukung Anies.
Akhirnya sembari nyeruput kopi dan nyemil martabak, saya terangkan panjang lebar prestasi Ganjar. Rangkumannya saya tuliskan di sini agar teman-teman bisa menyimak dan mengoreksi jika ada yang keliru.
Saya memulai tidak dengan bicara prestasi Ganjar. Saya justru bertanya padanya, apa prestasi Anies yang selalu diunggul-unggulkan oleh pendukungnya.
Katanya, pendukung Anies selalu membanggakan Jakarta International Stadium (JIS), Formula E, dan membangun trotoar, jembatan penyeberangan, serta taman yang memperindah Jakarta.
Oke, menarik saya bilang.
Kita mulai dari situ ya. JIS. Soal stadion itu bukan ide Anies, dia hanya melanjutkan kerjaan gubernur sebelumnya atau uangnya berasal dari pemerintah pusat melalui dana PEN, itu sudah banyak yang bahas. Tidak saya ulang.
Anggap saja JIS memang yang bangun Anies. Tapi pertanyaannya, kalau keberadaan JIS dianggap prestasi, lalu apa yang bisa didapat rakyat dari adanya JIS?
Pertanyaan ini penting sebab prestasi pemimpin seharusnya menghadirkan sesuatu yang bermanfaat untuk rakyatnya. Pembangunan harus berujung pada kebermanfaatan dan kesejahteraan rakyat.
Nah, maka perlu kita tanyakan, apa manfaat stadion seharga Rp4,5 triliun itu. Kalau memang stadion itu dibangun untuk masyarakat, seharusnya rakyat biasa bisa menggunakannya. Tapi kan tidak.
Dengan fasilitas yang high class dan biaya perawatan Rp 60 miliar pertahun, sewa JIS luar biasa mahal. Jangankan ada pertandingan tingkat kelurahan, Persija saja sampai tulisan ini dibuat belum bisa menggunakannya untuk home base di Liga Indonesia.
Sampai sekarang, fungsi JIS hanya bisa untuk dibanggakan. Sebuah kebanggaan semu saya kira. Karena rakyat Jakarta hanya memandanginya dari kejauhan. Tak bisa masuk dengan bebas, apalagi menggunakan.
Lalu Formula E. Jujur saja lah. Siapa yang kemarin nonton balapan mahal di sirkuit dadakan Ancol itu? Hanya orang kaya yang bisa nonton. Sedangkan sebagian besar warga Jakarta tak mampu beli tiketnya.
Disamping, ya lebih banyak yang tidak peduli sih. Ya iyalah. Kenal nama pembalapnya saja tidak. Apalagi tim konstruktornya. Dan setelah selesai apa? Tinggal masalahnya saja.
Sampai sekarang laporan keuangan dari event yang ratusan miliar itu belum jelas. Keuntungan dari sisi penyelenggaraan saja masih kabur, apalagi keuntungan untuk masyarakat.
Baru dua "prestasi" Anies ya yang dibahas. Tapi kita sudah bisa mendapat dua benang merah. Selain tidak bermanfaat untuk rakyat, program Anies ini mahal dan berkesan mercusuar.
Baca Juga: TERJAWAB, Revaldo Fifaldi Terus Menjadi Pecandu Narkoba, Polisi: Belum Pernah Direhab
Tipikal program yang hanya memenuhi ego gubernurnya. Agar Anies dianggap luar biasa, fenomenal, berprestasi internasional.
Padahal dana JIS dan Formula E kalau mau digunakan yang lebih bermanfaat sebenarnya bisa. Untuk penanggulangan banjir dan pembenahan daerah kumuh, misalnya.
Atau kenapa tidak dana segitu besar untuk menuntaskan program DP Nol Persen dan OK OC yang tak lain janji kampanye Anies. Akui sajalah dua program itu gagal total.
Tapi bukankah taman, jembatan penyeberangan, dan trotoar itu bermanfaat? Betul, kalau ini ada manfaatnya. Tapi bukan sebuah prestasi fenomenal yang bisa dibanggakan sekelas gubernur.
Baca Juga: Buruh Bangunan Ini Menangis Bahagia Saat Putranya Lolos Jadi Brimob di Bangka Belitung
Itu kerjaan bupati dan walikota. Para kepala daerah di Jateng juga membangun trotoar, jembatan penyeberangan, dan taman yang tak kalah cantiknya.
Trus Ganjar Pranowo prestasinya apa? Mohon maaf, sebagai gubernur, tugas Ganjar
bukan membangun proyek yang besar, megah, dan dengan dana triliunan. Tugasnya lebih bersifat sebagai jembatan antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten kota.
Ia mengkoordinasi 35 bupati dan walikota agar pembangunan dan program selaras dengan kebijakan Nasional.
Jangan kata enteng. Ganjar bukan Gubernur Jakarta yang bisa mengganti walikota seenaknya. Para kepala daerah di Jateng tidak ditunjuk gubernur.
Baca Juga: Singgung Kekalahan di PD II, Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev Minta PM Jepang untuk Harakiri
Mereka dipilih rakyatnya, punya wilayah dan otonomi sendiri. Banyak yang berbeda partai sehingga tak selalu sepaham garis kebijakannya.
Tapi Ganjar bisa membangun sistem koordinasi yang bagus. Program nasional pengentasan kemiskinan berhasil dilaksanakan Jawa Tengah dengan baik.
Buktinya, dalam sembilan tahun terakhir atau sejak Ganjar pertama menjabat tahun 2013, tidak ada provinsi lain yang bisa menurunkan angka kemiskinan lebih besar dari Jawa Tengah.
Data BPS mencatat dalam kurun waktu 2013-2022 kemiskinan Jateng Jateng turun 873.430 orang. Lebih tinggi dari Jabar 684.530 ribu, dan Jatim 311.670. Jakarta? orang miskinnya malah bertambah 126 ribu jiwa.
Baca Juga: Setan Merah Menangi Laga Derby Manchester, United Merangsek Naik Posisi 3 Besar Klasemen
Resepnya ya kerja gotong royong itu. Sebagai contoh program 1000 embung yang dicanangkan Ganjar pada tahun 2015.
Sebelumnya di Jateng total embung hanya sekitar 300-an unit. Program ini tidak hanya berhasil, tapi bahkan melampaui target. Kini ada 1135 embung yang dibangun di Jateng.
Ganjar semua yang membangun? Tidak. Ada dana dari pusat, provinsi, kabupaten kota, dan CSR perusahaan swasta. Bahkan pemerintah desa menyumbangkan tanah kas desa untuk lokasi embung.
Ada juga seorang petani bernama Subari dari Kendal yang mewakafkan tanahnya 1800 meter persegi agar dibangun embung dengan dana provinsi.
Baca Juga: DAEBAK! VIBE Taeyang BIGBANG feat Jimin BTS Rajai iTunes Nomor 1 di 60 negara
Program gotong royong lainnya misalnya rehabilitasi rumah tidak layak huni. Sejak 2013 sudah 1,04 juta rumah warga Jateng yang dibangun menjadi layak huni.
Satu juta rumah lebih!. Tidak hanya melibatkan pemerintah pusat sampai daerah, tapi juga masyarakat desa. Mereka sambatan dengan suka rela, membangun rumah tetangganya.
Masih ada lagi penyediaan rumah murah untuk warga lewat program Tuku Lemah Oleh Omah (Beli Tanah Dapat Rumah). Ini diperuntukkan keluarga miskin yang belum punya rumah dan masuk dalam Data Terpadu Kesehateraan Sosial (DTKS).
Warga cukup punya tanah saja, lalu bangunannya dibantu dari Provinsi senilai Rp 35 juta dan padat karya Rp 1,8 juta.
Warga yang tak punya tanah bisa membeli tanah yang disediakan pemerintah kabupaten dengan harga murah. Bisa mengangsur juga dengan DP nol persen. (Lho kok janji Anies malah ditunaikan Ganjar ya haha)
Ini gotong royong Jawa Tengah. Semua elemen bersinergi, mendukung, bekerja sama untuk membangun daerahnya. Untuk kebermanfaatan yang nyata.
Program yang khusus dari provinsi juga ada. Pertama yang paling saya suka adalah SMK Jateng. Ini sekolah boarding (berasrama) pertama di Indonesia yang 100 persen gratis untuk siswa dari keluarga tidak mampu.
Mereka yang (maaf) mungkin terancam putus sekolah dan masa depannya mentok jadi kuli, kini bisa jadi pegawai perusahaan bonafit bahkan kerja di luar negeri. Penghasilannya bisa belasan bahkan puluhan juta per bulan.
Bisa membelikan sawah untuk ayahnya, memperbaiki rumah, beli mobil dan sebagainya. Ribuan keluarga yang semula berkategori miskin ekstrim, kini terangkat strata ekonominya. Inilah program yang nyata hasilnya.
Sebagai informasi. SMK Jateng full boarding ada tiga yakni di Kota Semarang, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Pati.
Saat ini sedang dirintis sekolah semi boarding yang ditempelkan di SMK-SMK di 15 kabupaten. Bayangkan kalau sekolah semacam ini ada masing-masing 3 saja di tiap provinsi di Indonesia.
Pemprov Jateng juga membangun sistem transportasi massal Bus Trans Jateng di 6 wilayah, memberikan bantuan gamelan kepada ratusan kelompok seni tradisi di desa-desa, dan bantuan jamban untuk 42 ribu warga.
Revitalisasi 79 pasar tradisional, insentif untuk guru ngaji dan pengajar keagamaan lainnya. Di Jateng kini tercatat ada 818 desa wisata, 2300 desa mandiri energi, dan 177.256 UMKM (2013 hanya 90.339) yang didampingi dan dipromosikan lewat Lapak Ganjar di akun pribadi gubernurnya.
Lewat kerjasama dengan Baznas Jateng, Ganjar mengumpulkan zakat ASN untuk pengentasan kemiskinan. Zakat ASN Jateng yang semula hanya 110an juta rupiah per tahun, kini melesat di 2022 mencapai hampir Rp 80 miliar.
Jika di Jabar, Gubernur Ridwan Kamil menggelontorkan dana Rp 1 triliun hanya untuk membangun satu masjid. Di Jateng dengan dana Baznas, Ganjar bisa memberi bantuan rehab dan pembangunan 694 masjid, 343 mushola, 226 TPQ, 585 pondok pessantren, 590 SD dan MI, serta bantuan 185 lembaga.
Selain itu dana Baznas juga digunakan untuk memberi beasiswa sekolah, pelatihan ribuan tenaga kerja, dan modal usaha UMKM.
Baca Juga: Kucing Gyra Tampang Imut dan Menggemaskan Tapi Miliki Jiwa Paling Mematikan di Dunia, Ini Alasannya
Oh ya satu lagi, kalau anda piknik ke Karimunjawa, anda akan melihat senyum sumringah warganya. Karena sejak Indonesia Merdeka, baru di era Ganjar ada listrik 24 jam di sana.
Yang menyediakan memang PLN. Tapi tanpa perhatian gubernur untuk melobi, mungkin sampai sekarang listrik masih jadi impian di sana.
Dan seperti saya tulis di awal. Tidak satupun program Ganjar yang bersifat mercusuar. Tidak ada bangunan besar nan megah atau menginternasional. Di saat yang sama, tak ada satupun program dan pembangunan Ganjar yang tidak bermanfaat untuk rakyatnya.
Karena pembangunan itu memang berdasar kebutuhan rakyat. Tahu dari mana? Dari turba. Dari keliling ke daerah-daerah bertemu rakyat. Dari tidur di rumah-rumah rakyat. Dari berkomunikasi di sosmed untuk mengetahui keluhan dan persoalan rakyat.
Baca Juga: Media Sosial Jadi Ruang Curhat, Terbaru Alvin Faiz: Istri Tak Mau Disentuh Dua Tahun
Makanya kalau kemarin ada anggota DPRD Jateng yang marah-marah karena Ganjar tidak datang rapat, ya wajar.
Ganjar emang gubernur yang tidak suka rapat. Dia lebih suka keluar kantor, menemui rakyat, mengecek pembangunan jalan atau sekolahan, menengok rakyatnya yang kebanjiran, atau mengunjungi sentra industri pangan.
Tapi tentu saja Ganjar bukan malaikat. Dia bisa luput dan salah. Nyatanya ada kasus Wadas. Proyek Bendungan Bener itu menjadi perhatian Nasional karena sosialisasi dan tahapan awal yang bermasalah.
Ganjar jadi sorotan. Semua orang memaki, menuduhnya zalim, bahkan biadab. Padahal itu bukan proyeknya Pemprov Jateng, melainkan milik pemerintah pusat (KemenPUPR Cq BBWS). Padahal yang menangkap dan memukuli warga bukan Satpol PP Pemprov Jateng tapi kepolisian.
Baca Juga: Link Streaming Nonton Pertandingan Brighton vs Liverpool di Liga Primer Inggris, Sabtu Malam Ini
Dan ketika Wadas mbledos, semua yang harusnya bertanggung jawab itu diam. Kalaupun bicara, ya bilang bahwa semua sudah sesuai prosedur. Justru Ganjar yang pertama kali yang meminta maaf dan menyatakan diri bertanggung jawab.
Ganjar mengusahakan pembebasan warga, kemudian datang sendiri ke Wadas untuk berdialog. Tidak mudah. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengurai masalah.
Sekarang. Dari 617 bidang, tinggal 8 bidang yang pemiliknya belum setuju pembebasan lahan. Tanah warga dihargai tinggi. Plus tanaman di atasnya juga dihitung.
Ada yang dapat sampai Rp 7 miliar. Warga bisa beli tanah lebih luas dan lebih subur untuk pertanian, beli truk untuk usaha angkutan, bahkan saya baca berita ada yang buka restoran.
Baca Juga: Agar Bayi Sehat, Ini Daftar Lengkap Lokasi Vaksinasi Hepatitis B untuk Ibu Hamil
Masalah lingkungan pun coba diselesaikan dengan kesepakatan bersama warga. Bahwa Batu Andesit Wadas hanya diambil untuk pembangunan Bendungan Bener. Setelah bendungan selesai, bekas tambang direklamasi dan diserahkan kembali pada warga.
Mari sama berdoa semoga masalah Wadas segera rampung dan situasi desa dapat kondusif, aman, rukun, damai seperti sedia kala.
Saya kira segini dulu tulisannya. Sudah terlalu panjang sepertinya, meski masih banyak yang bisa dibahas lebih detil nantinya. Kalau ada yang bilang program Ganjar tidak luar biasa. Ya silahkan saja.
Sebab Ganjar tidak membangun agar dianggap luar biasa. Dia tidak membangun agar publik bersorak sorai untuknya. Dia tidak membangun agar media menyorot prestasinya.
Baca Juga: BRI Liga 1: Barito Putera Melawan Madura United, Laskar Antasari Gagal Tuntaskan Dendam
Bahkan saya juga tidak menyebut itu semua prestasi Ganjar. Semuanya kerja gotong royong Pemprov Jateng dan 35 Pemerintah Kabupaten Kota, dengan Ganjar sebagai pemimpinnya.
Maturnuwun yang sudah membaca sampai akhir. Sehat selalu nggih, rahayu..
(Oleh: Anton Sudibyo)