Supriyanto Martosuwito: Masjid Satu Triliun dan Kualitas Keberagamaan di Jawa Barat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 08 Januari 2023 11:30 WIB
ORBITINDONESIA - Afganistan dan Somalia adalah negeri yang paling ketat mempraktikkan agama, sesuai dogma agama (Islam) yang mereka warisi dan yakini selama ratusan tahun – tapi juga menjadi bangsa paling miskin dan paling paria di dunia.
Bangsa terbelakang. Basis para ekstrimis dan perompak klas dunia.
Sebaliknya, Jepang dan China dikenal sebagai bangsa maju, bangsa berbudaya tinggi, sangat modern, yang menunjung nilai moral dan spirit tinggi, dengan pengajaran agama yang relatif tidak kita kenal, Shinto. China Komunis (Kapitalis) tidak mencantumkan agama dan Ketuhanan sebagai dasar negara mereka.
Baca Juga: TERBARU, Ini 10 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2023, Tinggal Share Lewat WhatsApp dan Gratis!
Dua kutub ekstrim itu, Afganistan dan Somalia di satu sisi - Jepang dan China di sisi lain - menjelaskan bahwa kepatuhan warga pada agama tidak paralel dan bahkan tidak relevan dengan pembangunan kualitas manusia dan penghayatan pada nilai nilainya.
Ironinya, agama diajarkan dan dipaksakan - juga dibudayakan - dalam upaya memuliakan nilai nilai dan meningkatkan kualitas manusia. Dalam Islam, agama untuk membangun akhlak mulia – akhlakul kharimah.
Namun tidak demikian dalam praktiknya. Teori agama dan praktik beragama satu hal – praktik moralitas dan nilai nilai menjadi hal lain.
Rajin shalat dan haji, iya – manipulasi dan korupsi, iya. Mendirikan pesantren iya, mencabuli santri-santrinya, iya juga.
Baca Juga: Simak Jadwal Lengkap Tradisi dalam Imlek 2023, Mulai Malam Tahun Baru hingga Festival Lampion
Pendirian masjid dan mushala marak di mana mana - tapi persekusi dan larangan ibadah umat minoritas marak juga.