Syaefudin Simon: Rian Mahendra
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 07 Januari 2023 13:10 WIB
Ia sudah terlalu besar. Sulit dinasehati dgn ayat dan mayat.
Kini, hampir semua institusi keuangan dunia "menyimpan" uang digital kripto untuk berjaga-jaga kalau sistem uang kertas ala "Bretton Woods" ambruk. Makanya orang seperti Robert Kiyosaki penulis buku Rich Dad Poor Dad yakin betul, masa depan kripto cerah.
Kripto adalah mata uang masa depan, yang membuat dunia "perbankan" yang licik itu -- kata Kiyosaki -- minggir. Bayangkan, perpindahan uang melalui blockchain antarnegara berlangsung dalam hitungan detik, nyaris tanpa biaya.
Dunia perbankan tak bisa melakukannya. Dengan kripto, kata Kiyosaki, pemerataan kekayaan makin terbuka. Tidak seperti di rejim Bretton Woods. Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin. Kata Bang Haji Rhoma. Tak ada pemerataan.
Di Indonesia, peredaran uang kripto besar sekali. Sudah mengalahkan uang fiat yang beredar di bursa efek Indonesia.
Banjir kripto tak bisa dibendung. Makanya, yang dibutuhkan rejim keuangan seperti BI, OJK dan Bappebti adalah mengatur peredaran dan bisnis uang digital secara ketat dan bertanggungjawab.
Baca Juga: Inilah Suara Anak Muda yang Bergabung dengan PDIP
Ini penting untuk menghindari perselingkuhan, konspirasi, dan penipuan dalam perdagangan dan investasi kripto.
Penipuan ala platform trading dan investasi bodong, konon pakai robot yang berbasis kripto -- seperti Net89, Redford, Xtoko, Mark AI, ATG 4.0, Terra Oil, Binomo, Quatex, dan lain-lain -- jumlahnya ratusan di Indonesia.