Amir Uskara: Indonesia di Mata IMF
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 22 Oktober 2022 05:34 WIB
Termasuk bagaimana mengembang ekonomi supermikro seperti pedagang kaki lima dan petani kecil.
Betul, apa yang dikatakan Presiden. Indonesia harus bekerja keras untuk mengatasi resesi global nanti. Salah satunya – ini yang sangat penting – bagaimana mengaktualkan semua potensi ekonomi dalam negeri.
Salah satu hal yang sering mengerek inflasi, misalnya, adalah pangan. Sebagai contoh, Indonesia saat ini masih mengimpor gandum dengan jumlah sangat besar.
Ini terjadi karena makanan berbasis gandum seperti mie dan roti sudah menjadi bahan makanan pokok kedua setelah beras. Padahal, gandum tersebut hampir 100 persen impor.
Baca Juga: 3 Rekomendasi TV Digital Harga Murah Tapi Berkualitas
Jika masalah pangan ini, terutama gandum, bisa diatasi, niscaya dampaknya terhadap inflasi cukup siginifikan. Kita harus berpikir simple. Makan adalah asupan karbohidrat dalam tubuh untuk membentuk energi.
Di Indonesia ada 70 jenis bahan pangan dengan karbohidrat setara beras dan gandum. Jika kita serius ingin mandiri pangan, tanpa impor, bahan pangan lokal tersebut bisa diberdayakan.
Teknologi mampu membuat roti dan mie dari tepung jagung dan singkong. Tingal bagaimana mensosialisasikannya kepada masyarakat. Begitu pula bahan pangan lain yang berasal dari tumbuhan lokal. Seperti ganyong, uwi, garut, sagu, dan gembili.
Hal yang sama juga teradi pada dunia obat-obatan atau farmasi. Hampir semua bahan baku obat-obatan di Indonesia masih impor. Padahal, bahan-bahan baku obat-obatan tersebut – kalau mau dan kreatif – bisa diproduksi di Indonesia.
Baca Juga: Gampang Dihafal, Ini Contoh Naskah Pidato Hari Sumpah Pemuda 2022, Singkat dan To the Point