Menjaga Integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Perang Proksi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 13 Oktober 2022 20:25 WIB
ORBITINDONESIA - Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman moderanisasi ini, sifat dan karakteristik perang telah bergeser, di mana saat ini kemungkinan terjadinya perang konvensional antar negara semakin kecil.
Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh bangsa Indonesia adalah Perang Proksi (Proxy War).
Perang ini tidak menggunakan kekuatan militer, tetapi perang melalui aspek-aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, seperti melalui politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, sosial dan budaya.
Perang ini telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini, yang dilakukan oleh negara-negara besar dengan menggunakan Aktor Negara maupun Aktor Non-Negara.
Menurut teori Mao Ze Dong, untuk mencapai tujuan perang segala cara dan sarana dapat saja dilakukan tanpa mengindahkan moral dan berkembangnya kebencian.
Proxy War adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti, untuk menghindari konfrontasi secara langsung, dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang bisa berujung pada kehancuran fatal.
Melihat kenyataan ini maka sudah semestinya pemahaman terhadap seluk beluk peperangan masa depan perlu diketahui dan dipahami secara mendalam.
Baca Juga: Bambang Tri Mulyono, Penggugat Ijazah Palsu Jokowi Diringkus Polisi saat di Hotel
Kepentingan nasional negara-negara besar dalam rangka struggle for power dan power of influence sangat mempengaruhi hubungan internasional.
Proxy War memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai tujuannya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menghadapi strategi proxy war menjaga keamanan nasionalnya dari upaya disintegrasi, sehingga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh.
Melatarbelakangi sejarah Proxy War di dunia merupakan sebuah bentuk konflik antara dua negara, atau aktor non negara yang bertindak atas nama dengan arahan dari pihak yang tidak terlibat secara resmi dalam konflik tersebut.
Baca Juga: OMG, Rizky Billar Mengaku Lakukan KDRT karena Ketahuan Berselingkuh
Untuk bisa dianggap sebagai Proxy War, pihak-pihak yang berkonflik harus memiliki hubungan langsung yang sifatnya jangka panjang dengan Aktor Eksternal.
Hubungan ini bisa berbentuk pendanaan, pelatihan militer, penyediaan senjata, penelitian, serta bentuk dukungan lainnya yang dibutuhkan untuk membantu upaya perang.
Ciri-ciri Proxy War asing terhadap bangsa Indonesia:
1. Menghambat pembangunan dan pengembangan Sumber Daya Manusia agar kualitasnya tetap rendah.
2. Diberikan beasiswa dan dilakukan indoktrinasi untuk selanjutnya secara tidak sadar dijadikan Agen untuk kepentingan negara lain.
Baca Juga: Seperti Perang Dunia, Hotma Berharap Rizky Billar dan Lesti Kejora Berdamai
Selanjutnya Agen-agen tersebut dijadikan calon pemimpin bahkan sebagai Presiden yang nantinya dapat dikendalikan oleh negara lain untuk kepentingan strategis.
3. Melakukan investasi secara masif ke Indonesia sehingga dapat menguasai sektor-sektor strategis atau sumber daya alam yang strategis di Indonesia.
4. Bekerjasama dengan negara lain dan membuat fakta perdagangan dan menciptakan pasar bebas yang tujuannya nanti untuk menekan atau mengembargo produk-produk Indonesia.
5. Melakukan suap dan kolusi terhadap anggota Legislatif Indonesia sehingga dapat mengendalikan dan menggiring setiap keputusan hukum dan politik sesuai kepentingan negara lain.
Baca Juga: Fakta atau Mitos Kalau Bra Berkawat bisa Jadi Pemicu kanker? Cek Kebenerannya Menurut Dokter di Sini
6. Menciptakan kelompok-kelompok radikal dan teroris dengan tujuan untuk mengintimidasi dan masuk ke Indonesia dengan dalih mengikis terorisme sebagai ancaman peradaban dunia.
7. Menguasai media massa, baik media cetak maupun media online yang tujuannya pembentukan opini, menguasai alat komunikasi seperti satelit untuk menyadap dan memonitor percakapan para pejabat negara.
8. Memecah belah dan menghancurkan generasi penerus putra putri Ibu Pertiwi melalui adu domba, SARA dan masuknya budaya asing.
(Dikutip dan diedit dari medsos anonim oleh OrbitIndonesia).***