Catatan Diskusi KSTI di ITB: Tren Teknologi Pertahanan 10–20 Tahun ke Depan, Antisipasi Strategis bagi Indonesia
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 11 Agustus 2025 02:10 WIB

Satelit smallsat, sistem navigasi PNT resilient (Positioning, Navigation, Timing), komunikasi militer terenkripsi, dan Space Situational Awareness (SSA) akan menjadi kunci keberhasilan operasi militer. Kehilangan akses satelit berarti kelumpuhan komando dan kontrol.
Implikasi bagi Indonesia adalah kita perlu meningkatkan investasi pada satelit militer dan ganda (dual-use) buatan dalam negeri, serta menyusun doktrin pertahanan ruang angkasa agar mampu melindungi dan memulihkan infrastruktur satelit jika diserang.
4. Senjata Hipersonik & Pencegahannya
Baca Juga: Pakar Polimer ITB, Ahmad Zainal Abidin: Galon Polikarbonat Aman Digunakan dan Ramah Lingkungan
Senjata hipersonik mampu bergerak di atas Mach 5 dengan manuver kompleks, memotong drastis waktu reaksi lawan. Negara-negara besar sedang melakukan R&D masif di bidang ini, sehingga sistem pertahanan konvensional sulit menandinginya.
Implikasi bagi Indonesia, kita perlu memperkuat jaringan radar jarak jauh dan sistem sensor multi-layer, serta mengembangkan kerja sama R&D regional untuk deteksi dan pencegahan hipersonik.
5. Directed Energy Weapons (DEW)
Baca Juga: Tidak Hanya Penelitian ITB, BBKFK Kemenperin Juga Buktikan Galon Polikarbonat Aman Digunakan
Laser berdaya tinggi dan railgun memungkinkan pertahanan murah per engagement terhadap ancaman seperti drone dan rudal jarak dekat. Biaya per tembakan jauh lebih rendah dibanding rudal pencegat konvensional.
Implikasi bagi Indonesia adalah kita perlu meneliti potensi DEW untuk pertahanan pangkalan militer, kapal perang, dan instalasi vital, juga mengintegrasikan DEW dengan sistem pertahanan udara jarak dekat (close-in weapon systems).
6. Siber, Electronic Warfare, & Kriptografi Pasca-Kuantum
Perang informasi, sabotase siber, dan jamming komunikasi akan menjadi frontline dalam konflik modern. Dengan munculnya komputer kuantum, enkripsi konvensional dapat terancam, sehingga kriptografi pasca-kuantum menjadi prioritas.