Menjemput Panen, Meruntuhkan Kuasa Tengkulak, dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 10 Agustus 2025 07:00 WIB

Tertinggi nasional
Kepala Perum Bulog Cabang Cirebon Ramaijon Purba menyatakan penjemputan gabah merupakan terobosan pertama setelah mendapat mandat khusus membeli gabah dalam kondisi panen, tidak lagi dalam bentuk beras atau gabah kering giling.
Seluruh karyawan organik dan outsourcing Bulog Cirebon diberdayakan penuh, memastikan setiap titik panen yang diinformasikan Babinsa dan penyuluh segera terlayani. Para petugas disebar ke empat wilayah kerja, yakni Kabupaten dan Kota Cirebon, Majalengka, serta Kuningan.
Baca Juga: Entang Sastraatmadja: Bulog, Mau Beli Gabah atau Beras?
Dengan kekuatan 50 personel, Bulog mampu menjangkau 150 titik panen, merespons tingginya minat petani terhadap harga pembelian gabah sebesar Rp6.500 per kilogram.
Tingginya antusiasme membuat pendaftaran penjualan gabah ke Bulog harus dilakukan sehari sebelumnya, melalui koordinasi erat dengan Babinsa dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dari Kementerian Pertanian.
Selain mengandalkan tim internal, Bulog mengoptimalkan peran mitra untuk ikut menyerap gabah dengan harga sama, sehingga penyerapan berlangsung merata di seluruh wilayah kerja.
Baca Juga: Presiden Prabowo Subianto Minta Penggilingan Padi Diawasi Agar Gabah Dibeli Rp6.500
Hingga 31 Juli 2025, Bulog Cirebon mencatat serapan gabah setara 133.624 ton beras, angka tertinggi lima tahun terakhir, sekaligus peringkat pertama nasional.
Saat ini stok cadangan beras pemerintah di gudang Bulog Cirebon mencapai 175 ribu ton, tersimpan aman di 58 gudang induk, filial, dan sewa di wilayah itu.
Menjemput gabah langsung dari sawah menjadi wujud nyata kehadiran negara, memutus kuasa tengkulak, menghadirkan harga adil, dan menumbuhkan harapan baru bagi kesejahteraan petani desa.
Baca Juga: Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana: Banjir di Persawahan Tidak Signifikan Pengaruhi Produksi Gabah
(Oleh Muhammad Harianto) ***