DECEMBER 9, 2022
Kolom

Benteng Bali (Itu) Bernama Selat, Catatan Paradoks Wayan Suyadnya

image
Pulau Bali.

Bali sekarang dihuni 4,4 juta jiwa yang berstatus penduduk Bali, belum termasuk wisatawan domestik dan mancanegara yang datang dan pergi, membuat penghuni Bali bertambah banyak.

Tentu saja itu beban pada air, listrik, logistik dan seluruh daya dukung yang terbatas. Beban lain seperti sampah yang belum terurai, macet dan persoalan sosial lainnya juga perlu dihitung dengan cermat.

Jika kita ingin menolak jembatan itu terdengar masuk akal, maka kita harus berani menghitung batas kapasitas Bali.

Baca Juga: I Wayan Suyadnya: Di Masa Mendatang, Perlu Satupena Awards untuk Penulis di Tingkat Daerah

Waktunya juga Bali berkata: “Cukup. Wisatawan segini saja.”

Bandar Udara Ngurah Rai hanya menerima jumlah tertentu, cukupkan segitu, pelabuhan Gilimanuk dan Padangbai hanya menampung arus orang, barang dalam kadar yang sudah ditentukan segitu, ya cukupkan.

Cukup berarti tidak menambah kamar hotel, tidak menambah resort. Tidak lagi membangun yang menggerus lahan Bali yang subur.

Baca Juga: Bali Tak Menyembah Patung: Catatan Paradoks Wayan Suyadnya

Apakah pendapatan Bali akan berkurang?

Saya rasa tidak. Jika pungutan wisatawan asing kurang, jika kini sepuluh dolar, naikan jadi dua puluh.

Kenapa tidak? Tidak mau? Jangan datang.  Sesederhana itu, konsisten yang penting.

Baca Juga: Tenget dan Surat Edaran Gubernur Bali 07/2025: Catatan Paradoks Wayan Suyadnya

Biarkan Bali menjadi mahal. Biarkan hanya mereka yang benar-benar menghargai Bali yang datang, bukan mereka yang hanya berbekal sandal jepit, gendong ransel, jalan dari objek satu ke objek lain dengan dompet tipis.

Halaman:

Berita Terkait