Benteng Bali (Itu) Bernama Selat, Catatan Paradoks Wayan Suyadnya
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 05 Agustus 2025 06:59 WIB

Para penolak tidak konsisten. Jika jembatan Jawa - Bali ditolak, bandar udara juga tidak perlu.
Bahkan, pembatasan terhadap wisatawan asing maupun domestik juga sudah harus ditempuh. Waktunyaa tidak berbicara kuantitas lagi, melainkan wisatawan berkualitas.
Seperti apa wisatawan berkualitas itu?
Baca Juga: I Wayan Suyadnya: Di Masa Mendatang, Perlu Satupena Awards untuk Penulis di Tingkat Daerah
Rumuskan saja ala Bali. Jangan menginginkan wisatawan berkualitas dengan menyulap kamar kos menjadi hotel dengan harga kos-kosan.
Jangan menyulap panti pijat menjadi spa, atau sengaja memberi izin untuk menyulap sawah dan lahan subur menjadi vila dan beton bertingkat.
Konsistensi sangat penting. Konsistensi agar Bali didatangi wisatawan berkualitas, bukan wisatawan ecek-ecek yang hanya kencing dan menikmati subsidi selama di Bali.
Baca Juga: Bali Tak Menyembah Patung: Catatan Paradoks Wayan Suyadnya
Mendatangkan orang berkualitas maka Bali juga harus berkualitas. Selain objek wisatanya berkualitas, sarana dan prasarananya juga harus berkualitas, termasuk orang-orangnya, penduduk Bali harus berkualitas.
Pernahkah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyaring penduduk Bali melalui KTP yang mereka keluarkan agar penduduk Bali berkualitas?
Yang ada justru mempermudah. Mempermudah? Siapa yang dipermudah?
Baca Juga: Tenget dan Surat Edaran Gubernur Bali 07/2025: Catatan Paradoks Wayan Suyadnya
Saya sempat nongkrong di kantor catatan sipil, yang mengurus KTP namanya aneh-aneh, seperti bukan nama Bali. Kok bisa ya? Lagi-lagi soal konsistensi. Semua harus konsisten menjaga Bali.