Pasukan Wingsuit Kopasgat TNI AU, Para Kesatria Senyap Penguasa Baru Udara
- Penulis : Abriyanto
- Sabtu, 12 Juli 2025 07:13 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Pilot penerbang tempur umumnya kerap dianggap sebagai ujung tombak pertahanan di udara. Dengan F-16, Sukhoi, Hawk100/200 sebagai tunggangannya, mereka bak raja di langit siap melibas musuh yang masuk ke wilayah Indonesia.
Kini, penerbang tempur bukan lagi raja di langit. Mereka bukan lah satu satunya yang bisa bermanuver ataupun meluncur bebas di udara. Adalah pasukan Wingsuit Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang jadi andalan baru TNI AU dalam melancarkan serangan udara.
Mereka senyap, tidak se berisik mesin jet. Namun cepat dan tepat bak rudal yang meluncur ke target. Pasukan Wingsuit Kopasgat adalah kelompok penerjun beranggotakan 10 personel yang menggunakan jubah bersayap.
Mereka terjun dari ketinggian 10.000 sampai 15.000 kaki dengan gaya meluncur. Jubah sayap yang mereka pakai membantu untuk meluncur dan bermanuver dengan cepat.
Seperti berselancar di udara, mereka bisa meluncur dengan kemiringan tertentu hingga akhirnya mendarat di titik tertentu menggunakan parasut.
Mereka dibentuk untuk menjalankan misi khusus seperti infiltrasi (masuk ke area musuh) secara senyap dan cepat. Setelah mendarat, mereka langsung menyusun strategi guna melangsungkan pertempuran di darat.
Komandan Tim Wingsuit Kopasgat, Lettu (Pas) Yudi Agung Prasetyo merupakan pemimpin dari ke 10 personel kelompok Wingsuit. Dia merupakan salah satu pasukan Kopasgat pertama yang mempunyai keahlian terjun wingsuit yakni sejak 2018.
Namun, kala itu belum dibentuk pasukan khusus untuk penerjun wingsuit. Barulah di tahun 2024 Kopasgat secara resmi membentuk pasukan wingsuit yang terdiri dari 10 personel.
Yudi menilai, tidak semua pasukan bisa menjadi penerjun wingsuit. Mereka harus memiliki jam terbang minimal 1.500 jam sebagai penerjun free fall.
Baca Juga: Batalyon 464 Kopasgat Latihan Terjun Payung di Malang, Jawa Timur Guna Asah Kemampuan Tempur
Free fall sendiri merupakan teknik terjun payung vertikal di mana penerjun akan membuka parasut di ketinggian tertentu. Kemampuan itu merupakan dasar yang harus dimiliki penerjun wingsuit atau yang biasa disapa wingsuiter.
Tidak hanya itu, kemampuan infiltrasi di darat juga harus dimiliki pasukan karena nantinya mereka juga akan melakukan misi penyerbuan setelah mendarat. Kemampuan fisik, intelijensi, kemampuan perhitungan yang cepat serta psikologi yang mendukung jadi rentetan syarat pasti yang dirasa tak perlu disebutkan lagi.
Proses latihan
Baca Juga: TNI AU Sebut Mencuci Pesawat Jet Tempur F-16 Secara Manual Lumrah Dilakukan
Terjun wingsuit menuntut mereka untuk terbiasa menjadikan udara sebagai kendaraan utama. Mereka harus berselancar bebas dengan manuver tertentu hingga akhirnya masuk ke wilayah lawan.
Jubah wingsuit yang mereka pakai pun berjenis intermediate dan advance. Jubah itu cukup membawa penerjun menerjang udara dengan kecepatan 125 kilometer sampai 165 kilometer per jam. Karena itu, untuk dapat bermanuver dalam kecepatan tersebut, dibutuhkan latihan yang rutin.
Sejak tahun 2024, Kopasgat sangat serius dalam urusan melatih wingsuiternya. Mereka sempat mendatangkan atlet wingsuit asal Australia yakni Ben "Dicko" Dixon dan Tahi-Paul. Mereka dididik dari dasar hingga akhirnya menjadi penerjun wingsuit yang lihai seperti saat ini.
Baca Juga: Wakil KSAU Marsdya Andyawan Martono Putra Tegaskan TNI AU Telah Siap Rawat Rafale
Bahkan hingga saat ini pun mereka kerap melakukan latihan rutin. Lettu Yudi memaparkan per pekan mereka bisa latihan 14 sampai 15 kali terjun. Mereka melatih beragam manuver, salah satunya formasi 4-3-3 yang jadi andalan Wingsuiter Kopasgat.
Dalam formasi ini, wingsuiter dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yakni empat penerjun pertama yang bertugas mencari titik lokasi pendaratan menggunakan GPS. Setelah lokasi ditemukan, turunlah kelompok kedua beranggotakan tiga orang berfungsi sebagai tim eksekutor. Kelompok ketiga berisi tiga orang terakhir berfungsi untuk melakukan pengamanan pasca tim eksekutor berhasil.
Seluruh rangkaian latihan tersebut dilakukan di bawah komando Komandan Latihan sekaligus Komandan Wing Komando I Kopasgat Kolonel Pas Helmi A. Tidak hanya latihan terjun, para personel juga harus melahap latihan penyerbuan di darat untuk masuk ke wilayah musuh.
Baca Juga: TNI AU Bahas Kerja Sama Pertahanan Udara dengan Militer Australia
Selain latihan rutin, para wingsuiter andalan ini juga kerap mengikuti ragam latihan besar yang digelar TNI AU. Salah satu yang paling baru yakni Latihan Matra Udara II Komando Operasi Udara II (Koopsud II) Sikatan Daya di Kalimantan Selatan pada Juni lalu. Ke depan, mereka juga direncanakan akan ikut latihan gabungan terbesar TNI AU yakni Angkasa Yudha 2025.
Kendala
Latihan terjun wingsuit tidak semulus yang dibayangkan. Banyak kendala yang kerap dialami penerjun dari mulai teknis hingga alam. Cuaca kerap menjadi kendala utama penerjun dalam menggelar latihan. Mereka kerap menunda latihan jika dirasa cuaca dalam keadaan buruk. Belum lagi masalah teknis seperti beberapa peralatan yang sempat tidak berfungsi saat penerjunan berlangsung.
Baca Juga: Satuan Pemeliharaan TNI AU Sulap Ban Bekas Jadi Perahu untuk Dipakai Evakuasi Korban Banjir
Lettu Yudi menceritakan, para wingsuiter dilengkapi beberapa perlengkapan saat ingin terjun seperti jubah Intermediate Baracuda 4 dari Bulgaria, helm full face, alat komunikasi antar penerjun hingga GPS.
Dalam beberapa kesempatan penerjunan, alat GPS yang dipegang penerjun kerap tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan para penerjun seperti tersesat di langit. Namun demikian, mereka sudah terlatih untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini.
Penerjun langsung diarahkan untuk mengikuti penerjun yang ada di depannya agar tidak hilang arah dalam mencari lokasi pendaratan. Itulah guna dari formasi penerjunan 4-3-3 yang sebelumnya sudah dijelaskan.
Baca Juga: TNI AU Gelar Latihan Terjun Payung untuk Siswa Akmil di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Terlepas dari banyaknya kendala yang dihadapi, pasukan Wingsuit Kopasgat tidak pantang menyerah dalam menjalankan ragam latihan untuk mempertajam kemampuan.
Kehadiran pasukan yang terbilang baru ini diharapkan dapat menjadi ujung tombak baru TNI AU dalam menjaga kedaulatan negara. Melalui Wingsuit Kopasgat, semua pihak akhirnya memahami bahwa tidak perlu menggunakan mesin tempur untuk menjadi sang penguasa udara.
Pengembangan pasukan
Baca Juga: Mantap, TNI AU Simulasi Hancurkan Musuh dengan Drone Kamikaze dan Jet Tempur
Komandan Kopasgat Marsekal Muda TNI Deny Muis menjelaskan ke depan pihaknya akan melipatgandakan personel Kopasgat demi meningkatkan kekuatan tempur. Menurut dia, pasukan yang ada sekarang cukup baik dan layak dijadikan contoh utama yang harus diteruskan pasukan generasi selanjutnya.
Tidak hanya menambah pasukan saja, pihaknya juga akan menggaet atlet wingsuit luar negeri untuk kembali melatih Wingsiuter Kopasgat.
Lebih lanjut, Deny mengaku bangga dan mengapresiasi pemberian dari Museum Rekor Indonesia (Muri) yang menobatkan Kopasgat TNI AU sebagai pembentuk pasukan wingsuit pertama di Indonesia.
Baca Juga: Pilot TNI AU dan Korea Selatan Uji Coba Pesawat Tempur Generasi 4.5 KF-21 Boramae
Namun demikian, dia memastikan dirinya tidak akan larut dalam euforia bangga terlalu lama. Dia harus kembali fokus untuk menjadikan pasukan Wingsuit Kopasgat jadi satuan elit yang paling disegani di dunia.
(Oleh Walda Marison) ***