DECEMBER 9, 2022
Internasional

Presiden Brasil Lula da Silva Kecam Kebijakan Anggaran NATO yang Picu Perlombaan Senjata

image
Tangkapan layar - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva saat menyampaikan pidato pembuka dalam sesi rapat pleno KTT BRICS 2025 di Museum Seni Modern, Rio de Janeiro, Brasil, Minggu, 6 Juli 2025. (ANTARA/Andi Firdaus)

ORBITINDONESIA.COM - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyampaikan kritik terhadap peningkatan belanja militer global, terutama sebagai dampak dari keputusan terbaru NATO yang dinilai memicu perlombaan senjata.

Presiden Lula da Silva, saat berpidato pada sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Minggu, 6 Juli 2025, mengatakan belanja pertahanan yang melonjak menunjukkan adanya ketimpangan prioritas dalam kebijakan global.

"Lebih mudah mengalokasikan 5 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) untuk belanja militer daripada mengalokasikan 0,7 persen yang dijanjikan untuk bantuan pembangunan resmi," kata Lula da Silva.

Baca Juga: Polisi Tunjukkan Tampang Driver Ojek Online yang Mencabuli Turis Brazil di Bali: Ternyata Warga Jember

Ia juga menyampaikan rasa prihatin atas kemudahan negara-negara maju mengalokasikan anggaran besar untuk militer, dibandingkan dengan komitmen mereka terhadap pembangunan berkelanjutan.

“Ini menunjukkan bahwa sumber daya untuk melaksanakan Agenda 2030 sebenarnya ada, tetapi tidak tersedia karena kurangnya prioritas politik. Selalu lebih mudah berinvestasi dalam perang daripada dalam perdamaian,” ujarnya.

Presiden Brasil itu juga memperingatkan meningkatnya risiko bencana nuklir di tengah ketegangan geopolitik global.

Baca Juga: Menlu Sergey Lavrov: Rusia Dukung Brasil Jadi Kandidat Kursi Tetap Dewan Keamanan PBB

Ia menyoroti kekhawatiran terhadap potensi penyalahgunaan lembaga internasional seperti Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang menurutnya dapat merusak kredibilitas organisasi yang sangat penting bagi perdamaian dunia.

“Seperti yang terjadi di masa lalu dengan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, instrumentalisasi pekerjaan Badan Tenaga Atom Internasional membahayakan reputasi organisasi. Ketakutan akan bencana nuklir telah kembali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” katanya.

Dalam bagian lain pidatonya, Presiden Lula menegaskan posisi Brasil yang konsisten menolak kekerasan bersenjata dan konflik, termasuk yang terjadi di Jalur Gaza, Ukraina, dan Haiti.

Baca Juga: Presiden Prabowo Disambut Hangat Presiden Brasil Lula da Silva Saat Hadiri KTT BRICS

Ia menolak segala bentuk ideologi kebencian yang mengatasnamakan agama atau kebangsaan tertentu. Sebagai bentuk konkret komitmen terhadap perdamaian, Presiden Lula menyebut inisiatif “Kelompok Sahabat Perdamaian” yang diprakarsai oleh Brasil dan China.

Kelompok ini bertujuan menjembatani dialog dan mencari jalan keluar damai dari berbagai konflik, dengan melibatkan negara-negara dari belahan bumi selatan sebagai bagian dari solusi global.

“Kelompok ini bekerja untuk mengidentifikasi kemungkinan jalan mengakhiri permusuhan, melalui pendekatan yang adil, damai, dan menghormati kedaulatan,” kata Presiden Brasil.***

Halaman:

Berita Terkait